lagu

ikut

Monday, December 28, 2015

pembelajaran menggunakan metode pengenalan akhlak



Pendahuluan
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia, kebutuhan pribadi seseorang. Kebutuhan yang tidak dapat diganti dengan yang lain. Karena pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu untuk mengembangkan kualitas, pontensi dan bakat diri. Tujuan pendidikan adalah berusaha membentuk pribadi berkualitas baik jasmani dan rohani. Dengan demikian secara konseptual pendidikan mempunyai peran strategis dalam membentuk anak didik menjadi manusia berkualitas, tidak saja berkualitas dalam segi skill, kognitif, afektif, tetapi juga aspek spiritual. Hal ini membuktikan pendidikan mempunyai andil besar dalam mengarahkan anak didik mengembangkan diri berdasarkan potensi dan bakatnya. Melalui pendidikan anak memungkinkan menjadi pribadi soleh, pribadi, berkualitas secara skill, kognitif dan spiritual.Tetapi realitas di masyarakat membuktikan pendidikan belum mampu menghasilkan anak didik berkualitas secara keseluruhan. Kenyataan ini dapat dicermati dengan banyaknya perilaku tidak terpuji terjadi di masyarakat, sebagai contoh merebaknya pengguna narkoba, penyalahgunaan wewenang, korupsi, manipulasi, perampokan, pembunuhan, pelecehan seksual, pelanggaran Hak Asasi Manusia dan lain sebagainya. Realitas ini memunculkan anggapan bahwa pendidikan belum mampu membentuk anak didik berkepribadian paripurna.
Berdasarkan alasan tersebut akhlak merupakan bagian terpenting dalam kehidupan ini. Kenapa penulis berasumsi demikian? Karena tanpa akhlak dunia akan hancur, dunia akan menjadi seperti neraka, dunia akan menjadi ladang pemuasan keinginan tak terkendali, baik kendali keagamaan, adat maupun moral. Oleh karena itu, perlu adanya kajian yang detail mengenai metode pengajaran dalam pendidikan Islam. Terlebih dalam konteks pembentukan akhlaq yang mulia untuk peserta didik.





Maka dari itu diperlukan Pendidikan akhlak dalam Islam yaitu pendidikan yang mengakui bahwa dalam kehidupan manusia menghadapi hal baik dan hal buruk, kebenaran dan kebatilan, keadilan dan kezaliman, serta perdamaian dan peperangan. Untuk menghadapi hal-hal yang serba kontra tersebut, Islam telah menetapkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang membuat manusia mampu hidup di dunia. Dengan demikian, manusia mampu mewujudkan kebaikan di dunia dan akhirat, serta mampu berinteraksi dengan orang-orang yang baik dan jahat.
Akhlak menurut Al-Ghazali adalah Al-Khuluq (jamaknya Al-Akhlaq) ialah ibarat (sifat atau keadaan) dari perilaku yang konstan (tetap) daripadanya tumbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan. Akhlak yang sesuai dengan akal pikiran dan syariat dinamakan akhlak mulia dan baik, sebaliknya akhlak yang tidak sesuai (bertentangan) dengan akal pikiran dan syariat dinamakan akhlak sesat dan buruk, hanya menyesatkan manusia belaka.[3]
Pada hakikatnya Akhlak menurut Al-Ghazali itu harus mencakup dua syarat diantaranya yang pertama bahwa perbuatan itu harus konstan, yaitu dilakukan berulang kali kontinu dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan (habit forming). Sedangkan syarat yang kedua adalah bahwa perbuatan yang konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud refleksi dari jiwanya tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya tekanan-tekanan, paksaan-paksaan dari orang lain atau pengaruh-pengaruh dan bujukan-bujukan yang indah dan sebagainya.[4]
Tujuan utama pendidikan Akhlak dalam Islam adalah agar manusia barada dalam kebenaran dan senantiasa berada dijalan yang lurus, jalan yang telah digariskan oleh Allah swt. Akhlak mulia merupakan tujuan pokok dalam pendidikan Akhlak Islam. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an. Sehingga hal inilah yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat.[5]
Sedangkan menurut Al-Ghazali, tujuan utama pendidikan adalah pembentukan akhlak. Beliau mengatakan bahwa tujuan murid dalam mempelajari segala ilmu pengetahuan pada masa sekarang adalah kesempurnaan dan keutamaan jiwanya. Pendapat Al-Ghazali itu seperti yang dikutip oleh Zainuddin yang menyatakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam (pendidikan yang dikembangkan oleh kaum muslimin), dan Islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sebenarnaya dari pendidikan.[6]
Oleh karena itu, tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah pencapaian akhlak yang mulia sehingga tercipta kehidupan manusia yang harmonis, saling tolong menolong, berlaku adil dan hubungan yang seimbang dalam kehidupan bermasyarakat. Karen itu pula, penanaman akhlak kepada anak-anak dan generasi muslim sangat penting pada usia dini atau anak-anak agar kelak ketika dewasa  mereka bisa menjadi generasi penerus yang berakhlak karimah.[7]
Namun dalam kenyataannya yang seringkali terjadi adalah perilaku yang amoral dan tidak mencerminkan nilai-nilai akhlak yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan ada juga perilaku amoral yang dilakukan oleh anggota masyarakat yang lahir dari lembaga pendidikan yang notabene adalah manusia yang terdidik.




[1]  A. Syaifudin, Percikan Pemikiran Imam Al Ghazali, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 9
[2]  Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), 25
[3] Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 102-103
[4] Ibid., 102-103
[5] Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia..., 159
[6] Zainddin, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al Ghazali…, 44

0 comments:

Post a Comment

Keluarga

Keluarga
Jejak Ora Normal

keluarga

keluarga
Je Ow En