Pendahuluan
Pendidikan
merupakan kebutuhan manusia, kebutuhan pribadi seseorang. Kebutuhan yang tidak
dapat diganti dengan yang lain. Karena pendidikan merupakan kebutuhan setiap
individu untuk mengembangkan kualitas, pontensi dan bakat diri. Tujuan
pendidikan adalah berusaha membentuk pribadi berkualitas baik jasmani dan
rohani. Dengan demikian secara konseptual pendidikan mempunyai peran strategis
dalam membentuk anak didik menjadi manusia berkualitas, tidak saja berkualitas
dalam segi skill, kognitif, afektif, tetapi juga aspek spiritual. Hal ini
membuktikan pendidikan mempunyai andil besar dalam mengarahkan anak didik mengembangkan
diri berdasarkan potensi dan bakatnya. Melalui pendidikan anak memungkinkan
menjadi pribadi soleh, pribadi, berkualitas secara skill, kognitif dan
spiritual.Tetapi realitas di masyarakat membuktikan pendidikan belum mampu
menghasilkan anak didik berkualitas secara keseluruhan. Kenyataan ini dapat
dicermati dengan banyaknya perilaku tidak terpuji terjadi di masyarakat,
sebagai contoh merebaknya pengguna narkoba, penyalahgunaan wewenang, korupsi,
manipulasi, perampokan, pembunuhan, pelecehan seksual, pelanggaran Hak Asasi
Manusia dan lain sebagainya. Realitas ini memunculkan anggapan bahwa pendidikan
belum mampu membentuk anak didik berkepribadian paripurna.
Berdasarkan
alasan tersebut akhlak merupakan bagian terpenting
dalam kehidupan ini. Kenapa penulis berasumsi demikian? Karena tanpa akhlak
dunia akan hancur, dunia akan menjadi seperti neraka, dunia akan menjadi ladang
pemuasan keinginan tak terkendali, baik kendali keagamaan, adat maupun moral.
Oleh karena itu, perlu adanya kajian yang detail mengenai metode pengajaran
dalam pendidikan Islam. Terlebih dalam konteks pembentukan akhlaq yang mulia
untuk peserta didik.
Maka dari itu diperlukan Pendidikan akhlak dalam Islam yaitu pendidikan yang
mengakui bahwa dalam kehidupan manusia menghadapi hal baik dan hal buruk,
kebenaran dan kebatilan, keadilan dan kezaliman, serta perdamaian dan
peperangan. Untuk menghadapi hal-hal yang serba kontra tersebut, Islam telah
menetapkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang membuat manusia mampu hidup di
dunia. Dengan demikian, manusia mampu mewujudkan kebaikan di dunia dan akhirat,
serta mampu berinteraksi dengan orang-orang yang baik dan jahat.
Akhlak menurut Al-Ghazali adalah Al-Khuluq (jamaknya
Al-Akhlaq) ialah ibarat (sifat atau keadaan) dari perilaku yang konstan
(tetap) daripadanya tumbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah, tanpa memerlukan
pikiran dan pertimbangan. Akhlak yang sesuai dengan akal pikiran dan syariat
dinamakan akhlak mulia dan baik, sebaliknya akhlak yang tidak sesuai
(bertentangan) dengan akal pikiran dan syariat dinamakan akhlak sesat dan
buruk, hanya menyesatkan manusia belaka.[3]
Pada hakikatnya Akhlak menurut Al-Ghazali itu harus
mencakup dua syarat diantaranya yang pertama bahwa perbuatan itu harus konstan,
yaitu dilakukan berulang kali kontinu dalam bentuk yang sama, sehingga dapat
menjadi kebiasaan (habit forming). Sedangkan syarat yang kedua adalah
bahwa perbuatan yang konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud
refleksi dari jiwanya tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena
adanya tekanan-tekanan, paksaan-paksaan dari orang lain atau pengaruh-pengaruh
dan bujukan-bujukan yang indah dan sebagainya.[4]
Tujuan utama pendidikan Akhlak dalam Islam adalah agar
manusia barada dalam kebenaran dan senantiasa berada dijalan yang lurus, jalan
yang telah digariskan oleh Allah swt. Akhlak mulia merupakan tujuan pokok dalam
pendidikan Akhlak Islam. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya
mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an. Sehingga hal inilah
yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat.[5]
Sedangkan menurut Al-Ghazali, tujuan utama pendidikan
adalah pembentukan akhlak. Beliau mengatakan bahwa tujuan murid dalam
mempelajari segala ilmu pengetahuan pada masa sekarang adalah kesempurnaan dan
keutamaan jiwanya. Pendapat Al-Ghazali itu seperti yang dikutip oleh Zainuddin
yang menyatakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam
(pendidikan yang dikembangkan oleh kaum muslimin), dan Islam telah menyimpulkan
bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Mencapai
suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sebenarnaya dari pendidikan.[6]
Namun dalam kenyataannya yang seringkali terjadi
adalah perilaku yang amoral dan tidak mencerminkan nilai-nilai akhlak yang
terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan ada juga perilaku amoral yang
dilakukan oleh anggota masyarakat yang lahir dari lembaga pendidikan yang
notabene adalah manusia yang terdidik.
[1] A. Syaifudin, Percikan Pemikiran Imam Al Ghazali, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 9
[2] Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta:
Gema Insani, 2004), 25
[3] Zainuddin,
Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 102-103
[4] Ibid., 102-103
[5]
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia...,
159
[6]
Zainddin, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al
Ghazali…, 44
0 comments:
Post a Comment