lagu

ikut

Sunday, June 12, 2016

DEFINISI, OBJEK KAJIAN, RUANG LINGKUP, DAN FUNGSI LINGUISTIK




LINGUISTIK
DEFINISI, OBJEK KAJIAN, RUANG LINGKUP, DAN FUNGSI LINGUISTIK
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah :Linguistik
Dosen Pengampu:


Disusun oleh:
Muchammad Sholihus Shobah            (1410210003)
Ali Islami                                             (1410210007)
Muhammad Noor Firdaus                   (1410210013)


JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2016


تجريد
الحمد لله الذي قد جعل اللغة الةً للنطق وجعل العربية لغة في القران. والصلاة والسلام على سيد العرب العجم مولانا محمد ص.م. الذي جاء بدين الاسلام الى الناس كافة وهو اخر الانبياء وامام المرسلين وبعد.
قد كانت اللغة واصلة لامة الناس في التحدث. وكان التاريخ في اللغة طويلاً مند زمن قديم في حياة الناس جميعا. ولمعرفة اساس اللغة فطبعاًيحتاج الى العلوم المتنوع واحد منها هو علم اللغة. فأول شيئ وجب على كل متعلمٍ في علم اللغة.  انّ يعرف تعريف علم اللغة وموضوعاته ومجالاته وفوائده وفي هذا التقديم الذي لايتكمّل. سيعرف القارئ عن بعض ما يتعلق بعلم اللغة.











BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam tugas kita sehari-hari, entah sebagai guru bahasa, mahasiswa bahasa, atau sebagai apapun yang berkenaan dengan bahasa, tentu kita akan menghadapi masalah-masalah linguistik, atau yang berkaitan dengan linguistik. Tanpa pengetahuan yang memadai mengenai linguistic mungkin kita akan mendapat kesulitan dalam melaksanakan tugas kita; tetapi kalau kita memahami masalah-masalah linguistik, kita akan mendapat kemudahan dalam melaksanakan tugas itu. Mengapa? Karena linguistik akan memberi pemahaman kepada kita mengenai hakikat dan seluk beluk bahasa sebgai satu-satunya alat komunikasi terbaik yang hanya dimiliki oleh manusia, serta bagaimana bahasa itu menjalankan peranannya dalam kehidupan manusia bermasyarakat.
Masalah kita disini, yang akan kita bicarakan dalam makalah ini adalah apa linguistik itu; apa objek kajiannya; apa ruang lingkup linguistik, dan apa fungsi dari linguistik.
Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi, seperti dikatakan Martinet (1987:19), telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.Dalam pelbagai buku mungkin rumusannya agak berbeda, tetapi, bahwa bahasa menjadi kajian linguistik, kiranya tidak perlu diperdebatkan lagi.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
            1. Apa Definisi Linguistik?
            2. Apa Objek Kajian Linguistik?
            3. Apa Ruang Lingkup Linguistik?
            4. Apa Fungsi Linguistik?



BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Linguistik
Kata linguistik berasal dari kata latinlingua yang berarti bahasa. Dalam bahasa-bahasa Roman (yaitu bahasa-bahasa yang berasal dari bahasa latin) masih ada kata-kata serupa dengan lingua latin itu, yaitu langue dan langage dalam bahasa Prancis, dan lingua  dalam bahasa Itali. Bahasa Inggris memungut dari bahasa Prancis kata yang kini menjadi language.Istilah linguistics dalam bahasa Inggris berkaitan dengan kata language itu, seperti dalam bahasa Prancis istilah linguistique berkaitan dengan langage. Dalam bahasa Indonesia linguistik adalah nama bidang ilmu, dan kata sifatnya adalah linguistis atau linguistik.
Linguistik Modern berasal dari sarjana Swis Ferdinand de Saussure, dari bukunya yang berjudul Cours de linguistique generale (Mata pelajaran linguistik umum) terbit tahun 1916, secara anumerta.De Saussure membedakan (kata Prancis) langue dan langage.Ia membedakan juga parole (tuturan) dari kedua istilah tadi.
Bagi de Saussure, langue adalah salah satu bahasa (misalnya bahasa Prancis, bahasa Inggris atau bahasa Indonesia) sebagai suatu system. Sebaliknya, langage berarti bahasa sebagai sifat khas makhluk manusia, seperti dalam ucapan “Manusia memiliki bahasa, binatang tidak memiliki bahasa”.Parole ‘tuturan’ adalah bahasa sebagaimana dipakai secara konkret: ‘logat’, ‘ucapan’, ‘perkataan’. Dalam ilmu linguistik, para sarjana sering memakai kata-kata Prancis tersebut (langue, langage, dan parole) sebagai istilah professional. (Perhatikanlah : istilah Prancis langage dieja tanpa huruf u, sedangakan kata Inggris language memakai huruf u.).[1]
Muhammad Fahmi Hijaziy dalam kitabnya yang berjudul “Madkhalun Ilaa ‘Ulum Al-Llughahmenjelaskan bahwa linguistik dalam pengertian yang sederhana adalah suatu ilmu tentang bahasa yang digali dengan cara atau metode yang ilmiah.[2]
Sedangkan Mario Pei menjelaskan bahwa linguistik adalah ilmu yang menekankan terhadap bahasa itu sendiri.Sedangkan arti dari bahasa itu sendiri adalah sesuatu yang berhubungan dengan ucapan manusia. Ada juga pengertian lain yang lebih luas, diantaranya :
1.      Bahasa adalah sesuatu yang mengandung arti.
2.      Segala sesuatu yang mempunyai arti yang memahamkan.[3]
Orang yang ahli dalam ilmu linguistik atau pakar linguistik disebut lunguis (Inggris linguist). Namun, perlu diperhatikan dalam bahasa Inggris kata linguist mempunyai dua buah pengertian. Selain berarti ahli linguistik juga berarti orang yang fasih dalam beberapa bahasa. Selain itu, perlu pula dicamkan, seseorang yang fasih dalam menggunakan beberapa bahasa belum tentu adalah pakar bahasa; dan seorang pakar bahasa belum tentu fasih dalam beberapa bahasa, meskipun tentunya adalah wajar kalau seorang pakar bahasa menguasai dengan baik beberapa bahasa. Minimal sebuah bahasa lain disamping bahasa ibunya.
Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general linguistics). Artinya, ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, seperti bahasa Jawa atau bahasa Arab, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia, yang dalam peristilahan Prancis disebut langage. Untuk jelasnya, perhatikan contoh berikut. Kata bahasa Indonesia perpanjang dapat dianalisis menjadi dua buah morfem, yaitu morfem per- dan panjang (apakah morfem itu, akan dibicarakan pada Bab Morfologi). Morfem per- disebut sebagai kausatif karena memberi makna ‘sebabkan jadi’, perpanjang berarti ‘sebabkan sesuatu menjadi panjang’. Sekarang perhatikan bahasa Inggris (to) befriend yang berarti ‘menjadikan sahabat’. Disini jelas ada morfem be- dan morfem friend; dan morfem be- juga memberi makna kausatif. Perhatikan pula kata bahasa Belanda vergroot ‘perbesar’. Jelas disitu ada morfem kausatif ver- dan morfem dasar groot yang berarti ‘besar’. Dengan membandingkan ketiga contoh itu, kita mengenali adanya morfem pembawa makna kausatif baik dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, maupun bahasa Belanda. Ataupun dalam bahasa lain lagi.
Begitulah bahasa-bahasa di dunia ini meskipun banyak sekali perbedaannya, tetapi ada pula persamaannya. Ada ciri-cirinya yang universal. Hal seperti itulah yang diteliti oleh linguistik. Maka karena itulah linguistik sering dikatakan bersifat umum; dan karena itu pula nama ilmu ini, linguistik, biasa juga disebut linguistik umum.
Keumuman linguistik ini akan tampak dari contoh-contoh pembahasan yang diambil dari berbagai bahasa, bukan dari bahasa tertentu saja. Misalnya, dalam pembahasa urutan D – M (Diterangkan – Menerangkan) diambil contoh dari bahasa Indonesia dan bahasa Prancis. Dalam pembahasan morfen suprasegmental diambil contoh dari bahasa Cina atau bahasa Muangthai. Dalam pembahasan paradigma inflegsional digunakan contoh dari bahasa Latin. Dalam pembahasan mengenai modifikasi internal diambil contoh dari bahasa Arab.[4]
B. Objek Kajian Linguistik
Objek linguistik adalah bahasa.Akan tetapi pengertian istilah “bahasa” itu belum jelas.Karena itu, marilah kita teliti berbagai arti yang dimiliki istilah “bahasa” itu.
Pertama, istilah “bahasa” sering dipakai dalam arti kiasan seperti dalam ungkapan seperti “bahasa tari”, “bahasa alam”, “bahasa tubuh”, dan lain sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa arti kiasan seperti itu tidak termasuk arti istilah “bahasa” dalam ilmu linguistik.
Kedua, ada pengertian istilah “bahasa” dalam arti “harfiah”. Arti itu yang kita temukan dalam ungkapan seperti “ilmu bahasa”, “bahasa Indonesia”, “bahasa inggris”, “semestaan bahasa”, danlain sebagainya. Dalam pengertian demikian kita sebaiknya membedakan langage, langue, dan parole.
Hanya dalam pengertian kedua inilah bahasa itu menjadi objek ilmu linguistic.Di samping itu, kita juga membedakan bahasa tutur dan bahasa tulis.Bahasa tulis dapat disebut “turunan” dari bahasa tutur.Bahasa tutur merupakan objek primer ilmu linguistik, sedangkan bahasa tulis merupakan objek sekunder linguistik.Bahasa tulis, atau “ortografi”, pada umumnya tidak merupakan representasi langsung dari bahasa tutur, dan justru di sinilah ada banyak masalah yang pantas diteliti oleh ahli linguistic.Yang penting disini ialah bahwa setiap bahasa pada dasarnya berbentuk bahasa tutur.Hanya secara sekunder sajalah bahasa berbentuk tulis.
Akhirnya perlu kita bertanya bagaimanalangage, langue dan parole dibedakan sebagai objek linguistik.Parole merupakan objek konkret untuk ahli linguistik, bagaikan bahan “mentah” yang biasa disebut “data” (atau “teks”).Langue adalah objek yang sedikit lebih abstrak, dan yang paling abstrak adalah langage.
Perlu diperhatikan bahwa menguasai suatu bahasa (dalam arti dapat memakai secara lancar) tidak sama dengan menerangkan kaidah-kaidahnya. Tambahan pula, belajar suatu bahasa tidak ama dengan belajar tentang bahasa tersebut.Misalnya, anda menguasai bahasa Indonesia, tetapi tanpa keahlian khusus anda tidak dapat menerangkan tata bahasa Indonesia. Dengan perkataan lain, apa yang anda kuasai (yaitu bahasa Indonesia sebagai langue) memang merupakan objek penelitian linguistik terhadap bahasa Indonesia, tetapi cara menguasai bahasa tersebut  bukanlah objek linguistic. Kalau begitu, apakah fungsi penguasaan suatu bahasa dalam penelitian linguistik?Jawabannya adalah penguasaan merupakan titik tolak dari penelitian, dan kita tahu secara intuitif apakah suatu contoh dari parole benar atau tidak benar. Misalnya, bila ada orang berkata kucing itu mengejar besar tikus, serta-merta kita tahu bahwa kalimat itu tidak benar, bukan karena orang itu tidak menguasai bahasa Indonesia, melainkan karena alasan lain, seperti salah ucap, atau karena orangnya lelah, atau ia kurang memperhatikan apa yang dikatakannya.
Dengan perkataan lain, parole adalah objek linguistic konkret. Karena kita lancer dalam bahasa yang bersangkutan (atau orang lain yang membantu kita), kita dapat membedakan yang tepat dan yang tidak tepat, dan dari itulah dapat kita tarik kesimpulan menyangkut langue yang bersangkutan. Akhirnya, dengan membandingkan bahasa-bahasa yang agak banyak, kita dapat menyimpulkan hal-hal tertentu tentng langage.[5]
C. Ruang Lingkup Linguistik
Menurut Mahmud Fahfi Hijaziy dalam kitabnya, ruang lingkup linguistik terbagi menjadi 4, yaitu :[6]
1.      Phonetics, Phonoloogy (Fonoligi).
Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang terdengar suara menaik dan menurun, kadang-kadang terdengar hentian sejenak atau hentian agak lama, kadang-kadang terdengar tekanan keras atau lembut, dan kadang-kadang terdengar pula suara pemanjngan dan suara biasa. Runtunan bunyi bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan-tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan hentian-hentian atau jeda yang terdapat dalam runtunan bunyu itu. Misalnya runtunan bunyi dalam bahasa Indonesia berikut (untuk sementara untuk memudahkan pengertian tidak digunakan transkripsi fonetik melainkan transkripsi ortografis dengan mengabaikan unsur-unsur suprasegmentalnya).

(1) [keduaorangitumeninggalkanruangsidangmeskipunrapatbelumselesai]
Pada tahap pertama, runtunan bunyi itu dapat disegmentasikan berdasarkan adanya jeda atau hentian yang paling besar menjadi (1a) dan (1b) sebagai berikut :
(1a) [keduaorangitumeninggalkanruangsidang]
(1b) [meskipunrapatbelumselesai]
Pada tahap kedua, segmen (1a) dapat disegmentasikan menjadi (1a1) dan (1a2); dan segmen (1b) dapat disegmentasikan menjadi (1b1) dan (1b2) sebagai berikut:
(1a1) [keduaorangitu]
(1a2) [meninggalkanruangsidang]
(1b1) [meskipun]
(1b2) [rapatbelumselesai]
Pada tahap ketiga, segmen (1a1) dapat disegmentasikan lagi menjadi (1a11) dan (1a12); segmen (1a2) dapat disegmentasikan lagi menjadi (1a21) dan (1a22); segmen (1b1) dapat disegmentasikan lagi menjadi (1b11) dan (1b12); dan segmen (1b2) dapat disegmentasikan lagi menjadi (1b21) dan (1b22) sebagai berikut dibawah ini:
(1a11) [keduaorang]
(1a12) [itu]
(1a21) [meninggalkan]
(1a22) [ruangsidang]
(1b11) [meski]
(1b12) [pun]
(1b21) [rapat]
(1b22) [belumselesai]
Pada tahap berikutnya, segmen-segmen runtunan bunyi itu dapat disegmentasikan lagi sehingga kita sampai pada kesatuan-kesatuan runtunan bunyi yang disebut silabel atau suku kata. Sebagai contoh, kalau kita ambil runtunan bunyi yang menjadi segmen (1a21) yaitu [meninggalkan], maka kita dapati silabel [me], [ning], [gal], dan [kan]. Begitupun segmen (1b22) yaitu [belumselesai] kita dapati silabel [be], [lum], [se], [le], dan [sai].
Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan  membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa ini disebut fonologi, yang secara etimologi berbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu. Menurut Hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemil adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Untuk jelasnya, kalau kita perhatikan baik-baik ternyata bunyi [i] yang terdapat pada kata-kata [intan], [angin], dan [batik] adalah tidak sama. Begitu juga bunyi [p] pada kata Inggris <pace>, <space>, dan <map>, juga tidak sama. Ketidaksamaan bunyi [i] dan bunyi [p] pada deretan kata-kata diatas itulah sebagai salah satu contoh objek atau sasaran studi fonetik. Dalam kajiannya, fonetik akan berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya. Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b] yang terdapat, misalnya, pada kata [paru] dan [baru] adalah menjadi contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan bunyi [p] dan [b] itu menyebabkan berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu.[7]
2.      Morphology (Morfologi)
Ilmu morfologi menyangkut struktur “internal” kata. Beberapa contoh akan menjelaskan hal itu.
Perhatikanlah kata seperti tertidur. Kata ini terdiri atas dua “morfem”, yakni ter- dan tidur (ter- diberi garis karena tidak pernah berdiri sendiri). Jadi kata tertidur mempunyai struktur “internal” dengan bagian-bagiannya ter- dan tidur. Penganalisisan seperti itu disebut “morfologi”. Kata tidur itu sendiri terdiri atas satu morfem saja, yaitu tudur. Perhatikanlah juga kata Inggris comfort: satu morfem saja. Kata comfort-able terdiri atas dua morfem (dipisahkan disini dengan garis penghubung). Kata un-comfort-able terdiri atas tiga morfem.
3.      Syntax (Sintaksis)
Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata didalam kalimat. Sebagai misal saja, didalam bahasa indonesia kalimat kami tidak dapat melihat pohon itu, urutan katanya sudah tentu – tidak mungkin kita tuturkan “kalimat” seperti *Pohon itu dapat kami tidak melihat (bintang kecil, atau “asterisk:, pada awal melambangkan tidak “beresnya” “kalimat” seperti itu). Demikian pula, urutan kata dalam “kalimat” Inggris seperti *We not tree that see can menyalahi aturan – struktur yang sesuai adalah We cannot see that tree.
Sebagaimana halnya morfologi menyangkut struktur “internal” kata, maka sintaksis berurusan dengan struktur antar-kata itu, atau struktur “eksternal”.[8]
4.      Semantics (Semantik)
Semantik adalah cabang linguistik yang membahas arti atau makna. Contoh jelas dari perian atau “deskripsi” semantis adalah leksikografi: masing-masing leksem diberi perian artinya atau maknanya: perian semantis.Di pihak lain, semantik termasuk tata bahasa juga. Contohnya adalah morfologi.
Dalam bentuk (Inggris) un-comfort-able, morfem un- jelas mengandung arti “tidak”; uncomfertable artinya sama dengan notcomfertable. Demikian pula, bentuk Indonesia memper-tebal mengandung morfem ­memper-, yang artinya boleh disebut “kausatif”; maksudnya, mempertebal artinya ‘menyebabkan sesuatu menjadi lebih tebal’ (perian makna dalam ilmu linguistik lazin dilambangkan dengan mengapitnya antara tanda petik tunggal).
Di dalam sintaksis ada pula unsur semantis tertentu. Satu contoh saja disini kiranya memadai. Analisislah kalimat Saya membangun rumah. Saya disebut “Subjek”, dan Subjek itu adalah ‘Pelaku’ kegiatan tertentu (yaitu membangun). Sebaliknya, rumah (dalam kalimat tadi) “menderita” kegiatan membangun, dan boleh disebut ‘Penderita’. Jadi makna tertentu pasti ada dalam sintaksis, meskipun tentunya bukan makna leksikal; makna itu disebut “makna gramatikal”.[9]
D. Fungsi Linguistik
Bagi linguis sendiri pengetahuan yang luas mengenai linguistik tentu akan sangat membantu dalam menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya. Bagi peneliti, kritikus, dan peminat sastra linguistik akan membantunya dalam memahami karya-karya sastra dengan lebih baik, sebab bahasa, yang menjadi objek penelitian linguistik itu, merupakan wadah pelahiran karya sastra. Tidak mungkin kita dapat memahami karya sastra dengan baik tanpa mempunyai pengetahuan mengenai hakikat dan struktur bahasa dengan baik. Apalagi kalau diingat bahwa karya sastra menggunakan ragam bahasa khusus yang tidak sama dengan bahasa umum.
Bagi guru, terutama guru bahasa, pengetahuan linguistik sangat penting, mulai dari subdisiplin fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi, sampai dengan pengetahuan mengenai hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan kebudayaan. Bagaimana mungkin seorang guru bahasa dapat melatih keterampilan berbahasa kalau dia tidak menguasai fonologi; bagaimana mungkin dia dapat melatih keterampilan menulis (mengarang) kalau tidak menguasai ejaan, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi. Selain itu, sebagai guru bahasa dia bukan hanya harus elatih keterampilan berbahasa, tetapi juga harus menerangkan kaidah-kaidah bahasa dengan benar. Mengapa, misalnya, me- + baca menjadi membaca, sedangkan me- + dengar menjadi mendengar? Dia harus bisa menjelaskan kaidah tersebut.
Bagi penerjemah, pengetahuan linguistik mutlak diperlukan bukan hanya yang berkenaan dengan morfologi, sintaksis, dan semantik saja, tetapi juga yang berkenaan dengan sosiolinguistik dan kontrastiflinguistik. Seorang penerjemah bahasa Inggris – Indonesia harus bisa memilih terjem’ahan, misalnya, my brother itu menjadi “kakak saya”, “adik saya”, atau cukup “saudara saya” saja. Juga bagaimana struktur kalimat tanya What is your name? harus diterjemahkan menjadi “Siapa namamu?” dan bukan menjadi “Apa namamu?”, padahal what berarti ‘apa’.
Bagi penyusun kamus atau leksikografer menguasai semua aspek linguistik mutlak diperlukan, sebab semua pengetahuan linguistik akan memberi manfaat dalam menyelesaikan tugasnya. Untuk bisa menyusun kamus dia harus mulai dengan menentukan fonen-fonen bahasa yang akan dikamuskannya, menentukan ejaan atau grafem fonen-fonen tersebut, memahami seluk beluk bentuk dan pembentukan kata, struktur frase, struktur kalimat, makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, dan makna idiomatikal, serta latar belakang sosial bahasa tersebut. Tanpa pengetahuan semua aspek linguistik kiranya tidak mungkin sebuah kamus dapat disusun.
 Pengetahuan linguistik juga memberi manfaat bagi penyusun buku pelajaran atau buku teks. Pengetahuan linguistik akan memberi tuntunan bagi penyusun buku teks dalam menyusun kalimat yang tepat, memilih kosakata yang sesuai dengan jenjang usia pembaca buku tersebut. Tentunya buku yang diperuntukkan untuk anak sekolahdasar harus berbeda bahasanya dengan yang diperuntukkan untuk anak sekolah lanjutan atau untuk perguruan tinggi, maupun untuk masyarakat umum.
Adakah manfaat linguistik bagi para negarawan atau politikus? Ya tentu saja ada. Pertama, sebagai negarawan atau politikus yang harus memperjuangkang ideologi dan konsep-konsep kenegaraan atau pemerintahan, secara lisan dia harus menguasai bahasa dengan baik. Kedua, kalau politikus atau negarawan itu menguasai masalah linguistik dan sosiolinguistik, khususnya, dalam kaitannya dengan kemasyarakatan, maka tentu dia akan dapat meredam dan menyelesaikan gejolak sosial yang terjadi dalam masyarakat akibat dari perbedaan dan pertentangan bahasa. Dibeberapa negara yang multilingal, seperti India dan Belgia, pernah terjadi bentrokan fisik akibat masalah pertentangan bahasa. Sayang sekali, kalau hanya masalah bahasa, orang harus bentrok secara fisik.[10]

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Definisi Linguistik
Kata linguistik berasal dari kata latinlingua yang berarti bahasa. Dalam bahasa Indonesia linguistik adalah nama bidang ilmu, dan kata sifatnya adalah linguistis atau linguistik.
2.      Objek Kajian Linguistik
Objek linguistik adalah bahasa.Pertama, istilah “bahasa” sering dipakai dalam arti kiasan seperti dalam ungkapan seperti “bahasa tari”, “bahasa alam”, “bahasa tubuh”, dan lain sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa arti kiasan seperti itu tidak termasuk arti istilah “bahasa” dalam ilmu linguistik.
Kedua, ada pengertian istilah “bahasa” dalam arti “harfiah”. Arti itu yang kita temukan dalam ungkapan seperti “ilmu bahasa”, “bahasa Indonesia”, “bahasa inggris”, “semestaan bahasa”, danlain sebagainya. Dalam pengertian demikian kita sebaiknya membedakan langage, langue, dan parole.
3.      Ruang Lingkup Linguistik
Ruang lingkup linguistik terbagi menjadi 4, yaitu
1.      Phonetics, Phonoloogy (Fonoligi).
Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan  membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa ini disebut fonologi, yang secara etimologi berbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu.
2.      Morphology (Morfologi)
Ilmu morfologi menyangkut struktur “internal” kata. Beberapa contoh akan menjelaskan hal itu.
3.      Syntax (Sintaksis)
Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata didalam kalimat.
4.      Semantics (Semantik)
Semantik adalah cabang linguistik yang membahas arti atau makna.




4.      Fungsi Linguistik
Bagi linguis sendiri pengetahuan yang luas mengenai linguistik tentu akan sangat membantu dalam menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya.
Bagi guru, terutama guru bahasa, pengetahuan linguistik sangat penting, mulai dari subdisiplin fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi, sampai dengan pengetahuan mengenai hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan kebudayaan.
Bagi penerjemah, pengetahuan linguistik mutlak diperlukan bukan hanya yang berkenaan dengan morfologi, sintaksis, dan semantik saja, tetapi juga yang berkenaan dengan sosiolinguistik dan kontrastiflinguistik.
Pengetahuan linguistik juga memberi manfaat bagi penyusun buku pelajaran atau buku teks. Pengetahuan linguistik akan memberi tuntunan bagi penyusun buku teks dalam menyusun kalimat yang tepat, memilih kosakata yang sesuai dengan jenjang usia pembaca buku tersebut.






DAFTAR PUSTAKA
            Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
            Verhaar, 2010. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
             Umar, Ahmad Mukhtar, Usus ‘Ulum Al-Lughah, Judul Asli INVITATION TO LINGUISTICS (A basic indroduction to the science of language). Kairo:‘Alim Al-Kutub.
            Hijaziy, Mahmud Fahmi, Madkhalun Ilaa ‘Ulum Al-Lughah. Mesir : Dar Qoba’.



[1] J.W.M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum (Yogyakarta:GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS, 2010), hal. 3.
[2]Mahmud Fahmi Hijaziy, Madkhalun Ilaa ‘Ulum Al-Lughati (Mesir : Dar Qoba’), hal. 17.
[3]Dr. Ahmad Mukhtar Umar, Usus ‘Ulum Al-Lughah, Judul Asli INVITATION TO LINGUISTICS (A basic indroduction to the science of language), (Kairo : ‘Alim Al-Kutub, 1987), hal. 35.
[4]Drs. Abdul Chaer, LINGUISTIK UMUM, (Jakarta:PT RINEKA CIPTA, 2014), hal. 3-4.
[5] J.W.M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, Op.Cit., hal. 6-8.
[6] Mahmud Fahmi Hijaziy, Op.Cit., hal. 17.
[7]Drs. Abdul Chaer, LINGUISTIK UMUM, Op.Cit., hal. 100-102.
[8] J.W.M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, Op.Cit., hal. 11-12.
[9]Ibid., hal. 13-14.
[10]Drs. Abdul Chaer, LINGUISTIK UMUM, Op.Cit., hal. 25-27.

2 comments:

Keluarga

Keluarga
Jejak Ora Normal

keluarga

keluarga
Je Ow En