LINGUISTIK
DEFINISI, OBJEK KAJIAN, RUANG LINGKUP, DAN FUNGSI LINGUISTIK
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah :Linguistik
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Muchammad Sholihus Shobah (1410210003)
Ali Islami (1410210007)
Muhammad Noor Firdaus (1410210013)
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2016
تجريد
الحمد لله الذي قد جعل اللغة الةً للنطق وجعل العربية لغة في القران.
والصلاة والسلام على سيد العرب العجم مولانا محمد ص.م. الذي جاء بدين الاسلام الى
الناس كافة وهو اخر الانبياء وامام المرسلين وبعد.
قد كانت اللغة واصلة لامة الناس في التحدث. وكان التاريخ في اللغة طويلاً
مند زمن قديم في حياة الناس جميعا. ولمعرفة اساس اللغة فطبعاًيحتاج الى العلوم
المتنوع واحد منها هو علم اللغة. فأول شيئ وجب على كل متعلمٍ في علم اللغة. انّ يعرف تعريف علم اللغة وموضوعاته ومجالاته وفوائده وفي هذا التقديم الذي لايتكمّل. سيعرف القارئ عن بعض ما يتعلق بعلم
اللغة.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam tugas kita sehari-hari, entah sebagai guru bahasa, mahasiswa
bahasa, atau sebagai apapun yang berkenaan dengan bahasa, tentu kita akan
menghadapi masalah-masalah linguistik, atau yang berkaitan dengan linguistik.
Tanpa pengetahuan yang memadai mengenai linguistic mungkin kita akan mendapat
kesulitan dalam melaksanakan tugas kita; tetapi kalau kita memahami masalah-masalah
linguistik, kita akan mendapat kemudahan dalam melaksanakan tugas itu. Mengapa?
Karena linguistik akan memberi pemahaman kepada kita mengenai hakikat dan
seluk beluk bahasa sebgai satu-satunya alat komunikasi terbaik yang hanya
dimiliki oleh manusia, serta bagaimana bahasa itu menjalankan peranannya dalam
kehidupan manusia bermasyarakat.
Masalah kita disini, yang akan kita bicarakan dalam makalah ini adalah
apa linguistik itu; apa objek kajiannya; apa ruang lingkup linguistik, dan apa
fungsi dari linguistik.
Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu
tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau
lebih tepat lagi, seperti dikatakan Martinet (1987:19), telaah ilmiah mengenai
bahasa manusia.Dalam pelbagai buku mungkin rumusannya agak berbeda, tetapi,
bahwa bahasa menjadi kajian linguistik, kiranya tidak perlu diperdebatkan lagi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apa Definisi Linguistik?
2.
Apa Objek Kajian Linguistik?
3.
Apa Ruang Lingkup Linguistik?
4.
Apa Fungsi Linguistik?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Linguistik
Kata linguistik berasal dari kata latinlingua
yang berarti bahasa. Dalam bahasa-bahasa Roman (yaitu bahasa-bahasa yang
berasal dari bahasa latin) masih ada kata-kata serupa dengan lingua latin
itu, yaitu langue dan langage dalam bahasa Prancis, dan lingua
dalam bahasa Itali. Bahasa Inggris
memungut dari bahasa Prancis kata yang kini menjadi language.Istilah linguistics
dalam bahasa Inggris berkaitan dengan kata language itu, seperti
dalam bahasa Prancis istilah linguistique berkaitan dengan langage. Dalam bahasa Indonesia linguistik adalah nama bidang ilmu, dan kata
sifatnya adalah linguistis atau linguistik.
Linguistik Modern berasal dari
sarjana Swis Ferdinand de Saussure, dari bukunya yang berjudul Cours de
linguistique generale (Mata pelajaran linguistik umum) terbit tahun 1916,
secara anumerta.De Saussure membedakan (kata Prancis) langue dan langage.Ia
membedakan juga parole (tuturan) dari kedua istilah tadi.
Bagi de Saussure, langue adalah
salah satu bahasa (misalnya bahasa Prancis, bahasa Inggris atau bahasa
Indonesia) sebagai suatu system. Sebaliknya, langage berarti bahasa
sebagai sifat khas makhluk manusia, seperti dalam ucapan “Manusia memiliki
bahasa, binatang tidak memiliki bahasa”.Parole ‘tuturan’ adalah bahasa
sebagaimana dipakai secara konkret: ‘logat’, ‘ucapan’, ‘perkataan’. Dalam ilmu
linguistik, para sarjana sering memakai kata-kata Prancis tersebut (langue,
langage, dan parole) sebagai istilah professional. (Perhatikanlah :
istilah Prancis langage dieja tanpa huruf u, sedangakan kata
Inggris language memakai huruf u.).[1]
Muhammad Fahmi Hijaziy dalam
kitabnya yang berjudul “Madkhalun Ilaa ‘Ulum Al-Llughah” menjelaskan bahwa linguistik
dalam pengertian yang sederhana adalah suatu ilmu tentang bahasa yang digali
dengan cara atau metode yang ilmiah.[2]
Sedangkan Mario Pei menjelaskan
bahwa linguistik adalah ilmu yang menekankan terhadap bahasa itu
sendiri.Sedangkan arti dari bahasa itu sendiri adalah sesuatu yang berhubungan
dengan ucapan manusia. Ada juga pengertian lain yang lebih luas, diantaranya :
1.
Bahasa adalah sesuatu yang mengandung arti.
2.
Segala sesuatu yang mempunyai arti yang memahamkan.[3]
Orang yang ahli dalam ilmu
linguistik atau pakar linguistik disebut lunguis (Inggris linguist).
Namun, perlu diperhatikan dalam bahasa Inggris kata linguist mempunyai
dua buah pengertian. Selain berarti ahli linguistik juga berarti orang yang
fasih dalam beberapa bahasa. Selain itu, perlu pula dicamkan, seseorang yang
fasih dalam menggunakan beberapa bahasa belum tentu adalah pakar bahasa; dan
seorang pakar bahasa belum tentu fasih dalam beberapa bahasa, meskipun tentunya
adalah wajar kalau seorang pakar bahasa menguasai dengan baik beberapa bahasa.
Minimal sebuah bahasa lain disamping bahasa ibunya.
Ilmu linguistik sering juga
disebut linguistik umum (general linguistics). Artinya, ilmu
linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, seperti bahasa Jawa atau
bahasa Arab, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang
menjadi alat interaksi sosial milik manusia, yang dalam peristilahan Prancis
disebut langage. Untuk jelasnya, perhatikan contoh berikut. Kata bahasa
Indonesia perpanjang dapat dianalisis menjadi dua buah morfem, yaitu
morfem per- dan panjang (apakah morfem itu, akan dibicarakan pada
Bab Morfologi). Morfem per- disebut sebagai kausatif karena memberi
makna ‘sebabkan jadi’, perpanjang berarti ‘sebabkan sesuatu menjadi
panjang’. Sekarang perhatikan bahasa Inggris (to) befriend yang
berarti ‘menjadikan sahabat’. Disini jelas ada morfem be- dan morfem friend;
dan morfem be- juga memberi makna kausatif. Perhatikan pula kata
bahasa Belanda vergroot ‘perbesar’. Jelas disitu ada morfem kausatif ver-
dan morfem dasar groot yang berarti ‘besar’. Dengan membandingkan
ketiga contoh itu, kita mengenali adanya morfem pembawa makna kausatif baik
dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, maupun bahasa Belanda. Ataupun dalam
bahasa lain lagi.
Begitulah bahasa-bahasa di
dunia ini meskipun banyak sekali perbedaannya, tetapi ada pula persamaannya.
Ada ciri-cirinya yang universal. Hal seperti itulah yang diteliti oleh
linguistik. Maka karena itulah linguistik sering dikatakan bersifat umum; dan
karena itu pula nama ilmu ini, linguistik, biasa juga disebut linguistik
umum.
Keumuman linguistik ini akan
tampak dari contoh-contoh pembahasan yang diambil dari berbagai bahasa, bukan dari bahasa tertentu saja. Misalnya, dalam pembahasa urutan D – M
(Diterangkan – Menerangkan) diambil contoh dari bahasa Indonesia dan bahasa
Prancis. Dalam pembahasan morfen suprasegmental diambil contoh dari bahasa Cina
atau bahasa Muangthai. Dalam pembahasan paradigma inflegsional digunakan contoh
dari bahasa Latin. Dalam pembahasan mengenai modifikasi internal diambil contoh
dari bahasa Arab.[4]
B. Objek Kajian Linguistik
Objek linguistik adalah bahasa.Akan tetapi
pengertian istilah “bahasa” itu belum jelas.Karena itu, marilah kita teliti
berbagai arti yang dimiliki istilah “bahasa” itu.
Pertama,
istilah “bahasa” sering dipakai dalam arti kiasan seperti dalam ungkapan
seperti “bahasa tari”, “bahasa alam”, “bahasa tubuh”, dan lain sebagainya.
Perlu diperhatikan bahwa arti kiasan seperti itu tidak termasuk arti istilah “bahasa”
dalam ilmu linguistik.
Kedua,
ada pengertian istilah “bahasa” dalam arti “harfiah”. Arti itu yang kita
temukan dalam ungkapan seperti “ilmu bahasa”, “bahasa Indonesia”, “bahasa
inggris”, “semestaan bahasa”, danlain sebagainya. Dalam pengertian demikian
kita sebaiknya membedakan langage, langue, dan parole.
Hanya
dalam pengertian kedua inilah bahasa itu menjadi objek ilmu linguistic.Di
samping itu, kita juga membedakan bahasa tutur dan bahasa tulis.Bahasa tulis
dapat disebut “turunan” dari bahasa tutur.Bahasa tutur merupakan objek primer ilmu
linguistik, sedangkan bahasa tulis merupakan objek sekunder linguistik.Bahasa
tulis, atau “ortografi”, pada umumnya tidak merupakan representasi langsung
dari bahasa tutur, dan justru di sinilah ada banyak masalah yang pantas diteliti
oleh ahli linguistic.Yang penting disini ialah bahwa setiap bahasa pada
dasarnya berbentuk bahasa tutur.Hanya secara sekunder sajalah bahasa berbentuk
tulis.
Akhirnya
perlu kita bertanya bagaimanalangage, langue dan parole dibedakan
sebagai objek linguistik.Parole merupakan objek konkret untuk ahli
linguistik, bagaikan bahan “mentah” yang biasa disebut “data” (atau “teks”).Langue
adalah objek yang sedikit lebih abstrak, dan yang paling abstrak adalah langage.
Perlu
diperhatikan bahwa menguasai suatu bahasa (dalam arti dapat memakai secara
lancar) tidak sama dengan menerangkan kaidah-kaidahnya. Tambahan pula, belajar suatu
bahasa tidak ama dengan belajar tentang bahasa tersebut.Misalnya, anda
menguasai bahasa Indonesia, tetapi tanpa keahlian khusus anda tidak dapat
menerangkan tata bahasa Indonesia. Dengan perkataan lain, apa yang anda kuasai
(yaitu bahasa Indonesia sebagai langue) memang merupakan objek penelitian
linguistik terhadap bahasa Indonesia, tetapi cara menguasai bahasa
tersebut bukanlah objek linguistic.
Kalau begitu, apakah fungsi penguasaan suatu bahasa dalam penelitian
linguistik?Jawabannya adalah penguasaan merupakan titik tolak dari penelitian,
dan kita tahu secara intuitif apakah suatu contoh dari parole benar atau tidak
benar. Misalnya, bila ada orang berkata kucing itu mengejar besar tikus,
serta-merta kita tahu bahwa kalimat itu tidak benar, bukan karena orang itu
tidak menguasai bahasa Indonesia, melainkan karena alasan lain, seperti salah
ucap, atau karena orangnya lelah, atau ia kurang memperhatikan apa yang
dikatakannya.
Dengan
perkataan lain, parole adalah objek linguistic konkret. Karena kita
lancer dalam bahasa yang bersangkutan (atau orang lain yang membantu kita), kita
dapat membedakan yang tepat dan yang tidak tepat, dan dari itulah dapat kita
tarik kesimpulan menyangkut langue yang bersangkutan. Akhirnya, dengan
membandingkan bahasa-bahasa yang agak banyak, kita dapat menyimpulkan hal-hal
tertentu tentng langage.[5]
C. Ruang Lingkup Linguistik
Menurut Mahmud Fahfi Hijaziy
dalam kitabnya, ruang lingkup linguistik terbagi menjadi 4, yaitu :[6]
1. Phonetics,
Phonoloogy (Fonoligi).
Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap,
maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang
terdengar suara menaik dan menurun, kadang-kadang terdengar hentian sejenak
atau hentian agak lama, kadang-kadang terdengar tekanan keras atau lembut, dan
kadang-kadang terdengar pula suara pemanjngan dan suara biasa. Runtunan bunyi
bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan
tingkatan-tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan hentian-hentian atau jeda
yang terdapat dalam runtunan bunyu itu. Misalnya runtunan bunyi dalam bahasa
Indonesia berikut (untuk sementara untuk memudahkan pengertian tidak digunakan
transkripsi fonetik melainkan transkripsi ortografis dengan mengabaikan
unsur-unsur suprasegmentalnya).
(1)
[keduaorangitumeninggalkanruangsidangmeskipunrapatbelumselesai]
Pada tahap
pertama, runtunan bunyi itu dapat disegmentasikan berdasarkan adanya jeda atau
hentian yang paling besar menjadi (1a) dan (1b) sebagai berikut :
(1a)
[keduaorangitumeninggalkanruangsidang]
(1b)
[meskipunrapatbelumselesai]
Pada tahap
kedua, segmen (1a) dapat disegmentasikan menjadi (1a1) dan (1a2); dan segmen
(1b) dapat disegmentasikan menjadi (1b1) dan (1b2) sebagai berikut:
(1a1)
[keduaorangitu]
(1a2)
[meninggalkanruangsidang]
(1b1)
[meskipun]
(1b2)
[rapatbelumselesai]
Pada tahap
ketiga, segmen (1a1) dapat disegmentasikan lagi menjadi (1a11) dan (1a12);
segmen (1a2) dapat disegmentasikan lagi menjadi (1a21) dan (1a22); segmen (1b1)
dapat disegmentasikan lagi menjadi (1b11) dan (1b12); dan segmen (1b2) dapat
disegmentasikan lagi menjadi (1b21) dan (1b22) sebagai berikut dibawah ini:
(1a11)
[keduaorang]
(1a12)
[itu]
(1a21)
[meninggalkan]
(1a22)
[ruangsidang]
(1b11)
[meski]
(1b12)
[pun]
(1b21)
[rapat]
(1b22)
[belumselesai]
Pada tahap berikutnya, segmen-segmen runtunan bunyi itu dapat
disegmentasikan lagi sehingga kita sampai pada kesatuan-kesatuan runtunan bunyi
yang disebut silabel atau suku kata. Sebagai contoh, kalau kita ambil runtunan
bunyi yang menjadi segmen (1a21) yaitu [meninggalkan], maka kita dapati silabel
[me], [ning], [gal], dan [kan]. Begitupun segmen (1b22) yaitu [belumselesai]
kita dapati silabel [be], [lum], [se], [le], dan [sai].
Bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa ini
disebut fonologi, yang secara etimologi berbentuk dari kata fon yaitu
bunyi, dan logi yaitu ilmu. Menurut Hierarki satuan bunyi yang menjadi
objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara
umum fonetik biasa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut
mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemil adalah
cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi
bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Untuk jelasnya, kalau kita perhatikan
baik-baik ternyata bunyi [i] yang terdapat pada kata-kata [intan], [angin], dan
[batik] adalah tidak sama. Begitu juga bunyi [p] pada kata Inggris <pace>,
<space>, dan <map>, juga tidak sama. Ketidaksamaan bunyi
[i] dan bunyi [p] pada deretan kata-kata diatas itulah sebagai salah satu
contoh objek atau sasaran studi fonetik. Dalam kajiannya, fonetik akan berusaha
mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta menjelaskan sebab-sebabnya.
Sebaliknya, perbedaan bunyi [p] dan [b] yang terdapat, misalnya, pada kata
[paru] dan [baru] adalah menjadi contoh sasaran studi fonemik, sebab perbedaan
bunyi [p] dan [b] itu menyebabkan berbedanya makna kata [paru] dan [baru] itu.[7]
2. Morphology (Morfologi)
Ilmu morfologi menyangkut struktur “internal” kata. Beberapa contoh akan
menjelaskan hal itu.
Perhatikanlah kata seperti tertidur. Kata ini terdiri atas dua
“morfem”, yakni ter- dan tidur (ter- diberi garis karena
tidak pernah berdiri sendiri). Jadi kata tertidur mempunyai struktur
“internal” dengan bagian-bagiannya ter- dan tidur. Penganalisisan
seperti itu disebut “morfologi”. Kata tidur itu sendiri terdiri atas
satu morfem saja, yaitu tudur. Perhatikanlah juga kata Inggris comfort:
satu morfem saja. Kata comfort-able terdiri atas dua morfem
(dipisahkan disini dengan garis penghubung). Kata un-comfort-able terdiri
atas tiga morfem.
3. Syntax (Sintaksis)
Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata
didalam kalimat. Sebagai misal saja, didalam bahasa indonesia kalimat kami
tidak dapat melihat pohon itu, urutan katanya sudah tentu – tidak mungkin
kita tuturkan “kalimat” seperti *Pohon itu dapat kami tidak melihat (bintang
kecil, atau “asterisk:, pada awal melambangkan tidak “beresnya” “kalimat”
seperti itu). Demikian pula, urutan kata dalam “kalimat” Inggris seperti *We
not tree that see can menyalahi aturan – struktur yang sesuai adalah We
cannot see that tree.
Sebagaimana
halnya morfologi menyangkut struktur “internal” kata, maka sintaksis berurusan
dengan struktur antar-kata itu, atau struktur “eksternal”.[8]
4. Semantics (Semantik)
Semantik adalah cabang linguistik yang membahas arti atau makna. Contoh
jelas dari perian atau “deskripsi” semantis adalah leksikografi: masing-masing
leksem diberi perian artinya atau maknanya: perian semantis.Di pihak lain,
semantik termasuk tata bahasa juga. Contohnya adalah morfologi.
Dalam bentuk (Inggris) un-comfort-able, morfem un- jelas
mengandung arti “tidak”; uncomfertable artinya sama dengan notcomfertable.
Demikian pula, bentuk Indonesia memper-tebal mengandung morfem memper-,
yang artinya boleh disebut “kausatif”; maksudnya, mempertebal artinya
‘menyebabkan sesuatu menjadi lebih tebal’ (perian makna dalam ilmu linguistik
lazin dilambangkan dengan mengapitnya antara tanda petik tunggal).
Di dalam sintaksis ada pula unsur semantis
tertentu. Satu contoh saja disini kiranya memadai. Analisislah kalimat Saya
membangun rumah. Saya disebut “Subjek”, dan Subjek itu adalah ‘Pelaku’
kegiatan tertentu (yaitu membangun). Sebaliknya, rumah (dalam kalimat
tadi) “menderita” kegiatan membangun, dan boleh disebut ‘Penderita’. Jadi makna
tertentu pasti ada dalam sintaksis, meskipun tentunya bukan makna leksikal;
makna itu disebut “makna gramatikal”.[9]
D. Fungsi Linguistik
Bagi linguis sendiri
pengetahuan yang luas mengenai linguistik tentu akan sangat membantu dalam
menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya. Bagi peneliti, kritikus, dan peminat
sastra linguistik akan membantunya dalam memahami karya-karya sastra dengan
lebih baik, sebab bahasa, yang menjadi objek penelitian linguistik itu,
merupakan wadah pelahiran karya sastra. Tidak mungkin kita dapat memahami karya
sastra dengan baik tanpa mempunyai pengetahuan mengenai hakikat dan struktur
bahasa dengan baik. Apalagi kalau diingat bahwa karya sastra menggunakan ragam
bahasa khusus yang tidak sama dengan bahasa umum.
Bagi guru, terutama guru
bahasa, pengetahuan linguistik sangat penting, mulai dari subdisiplin fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi, sampai dengan pengetahuan mengenai
hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan kebudayaan. Bagaimana mungkin seorang
guru bahasa dapat melatih keterampilan berbahasa kalau dia tidak menguasai
fonologi; bagaimana mungkin dia dapat melatih keterampilan menulis (mengarang)
kalau tidak menguasai ejaan, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi.
Selain itu, sebagai guru bahasa dia bukan hanya harus elatih keterampilan
berbahasa, tetapi juga harus menerangkan kaidah-kaidah bahasa dengan benar.
Mengapa, misalnya, me- + baca menjadi membaca, sedangkan me-
+ dengar menjadi mendengar? Dia harus bisa menjelaskan kaidah
tersebut.
Bagi penerjemah, pengetahuan
linguistik mutlak diperlukan bukan hanya yang berkenaan dengan morfologi,
sintaksis, dan semantik saja, tetapi juga yang berkenaan dengan sosiolinguistik
dan kontrastiflinguistik. Seorang penerjemah bahasa Inggris – Indonesia harus
bisa memilih terjem’ahan, misalnya, my brother itu menjadi “kakak saya”,
“adik saya”, atau cukup “saudara saya” saja. Juga bagaimana struktur kalimat
tanya What is your name? harus diterjemahkan menjadi “Siapa namamu?” dan
bukan menjadi “Apa namamu?”, padahal what berarti ‘apa’.
Bagi penyusun kamus atau
leksikografer menguasai semua aspek linguistik mutlak diperlukan, sebab semua pengetahuan
linguistik akan memberi manfaat dalam menyelesaikan tugasnya. Untuk bisa
menyusun kamus dia harus mulai dengan menentukan fonen-fonen bahasa yang akan
dikamuskannya, menentukan ejaan atau grafem fonen-fonen tersebut, memahami
seluk beluk bentuk dan pembentukan kata, struktur frase, struktur kalimat,
makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, dan makna idiomatikal,
serta latar belakang sosial bahasa tersebut. Tanpa pengetahuan semua aspek
linguistik kiranya tidak mungkin sebuah kamus dapat disusun.
Pengetahuan linguistik juga memberi manfaat
bagi penyusun buku pelajaran atau buku teks. Pengetahuan linguistik akan
memberi tuntunan bagi penyusun buku teks dalam menyusun kalimat yang tepat,
memilih kosakata yang sesuai dengan jenjang usia pembaca buku tersebut.
Tentunya buku yang diperuntukkan untuk anak sekolahdasar harus berbeda
bahasanya dengan yang diperuntukkan untuk anak sekolah lanjutan atau untuk
perguruan tinggi, maupun untuk masyarakat umum.
Adakah manfaat linguistik
bagi para negarawan atau politikus? Ya tentu saja ada. Pertama, sebagai
negarawan atau politikus yang harus memperjuangkang ideologi dan konsep-konsep
kenegaraan atau pemerintahan, secara lisan dia harus menguasai bahasa dengan
baik. Kedua, kalau politikus atau negarawan itu menguasai masalah linguistik
dan sosiolinguistik, khususnya, dalam kaitannya dengan kemasyarakatan, maka
tentu dia akan dapat meredam dan menyelesaikan gejolak sosial yang terjadi
dalam masyarakat akibat dari perbedaan dan pertentangan bahasa. Dibeberapa
negara yang multilingal, seperti India dan Belgia, pernah terjadi bentrokan
fisik akibat masalah pertentangan bahasa. Sayang sekali, kalau hanya masalah
bahasa, orang harus bentrok secara fisik.[10]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Definisi Linguistik
Kata linguistik berasal dari kata
latinlingua yang berarti bahasa. Dalam bahasa Indonesia linguistik adalah nama
bidang ilmu, dan kata sifatnya adalah linguistis atau linguistik.
2.
Objek Kajian Linguistik
Objek linguistik adalah
bahasa.Pertama, istilah “bahasa”
sering dipakai dalam arti kiasan seperti dalam ungkapan seperti “bahasa tari”, “bahasa
alam”, “bahasa tubuh”, dan lain sebagainya. Perlu diperhatikan bahwa arti
kiasan seperti itu tidak termasuk arti istilah “bahasa” dalam ilmu linguistik.
Kedua, ada
pengertian istilah “bahasa” dalam arti “harfiah”. Arti itu yang kita temukan
dalam ungkapan seperti “ilmu bahasa”, “bahasa Indonesia”, “bahasa inggris”, “semestaan
bahasa”, danlain sebagainya. Dalam pengertian demikian kita sebaiknya
membedakan langage, langue, dan parole.
3.
Ruang Lingkup Linguistik
Ruang lingkup linguistik terbagi menjadi 4, yaitu
1. Phonetics,
Phonoloogy (Fonoligi).
Bidang linguistik yang
mempelajari, menganalisis, dan
membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa ini disebut fonologi, yang
secara etimologi berbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu
ilmu.
2. Morphology (Morfologi)
Ilmu morfologi menyangkut struktur “internal” kata. Beberapa contoh akan
menjelaskan hal itu.
3. Syntax (Sintaksis)
Sintaksis adalah cabang
linguistik yang menyangkut susunan kata-kata didalam kalimat.
4. Semantics (Semantik)
Semantik adalah cabang
linguistik yang membahas arti atau makna.
4. Fungsi Linguistik
Bagi linguis sendiri
pengetahuan yang luas mengenai linguistik tentu akan sangat membantu dalam
menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya.
Bagi guru, terutama guru
bahasa, pengetahuan linguistik sangat penting, mulai dari subdisiplin fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi, sampai dengan pengetahuan mengenai
hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan kebudayaan.
Bagi penerjemah, pengetahuan
linguistik mutlak diperlukan bukan hanya yang berkenaan dengan morfologi,
sintaksis, dan semantik saja, tetapi juga yang berkenaan dengan sosiolinguistik
dan kontrastiflinguistik.
Pengetahuan linguistik juga
memberi manfaat bagi penyusun buku pelajaran atau buku teks. Pengetahuan
linguistik akan memberi tuntunan bagi penyusun buku teks dalam menyusun kalimat
yang tepat, memilih kosakata yang sesuai dengan jenjang usia pembaca buku
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Verhaar,
2010. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Umar, Ahmad Mukhtar, Usus ‘Ulum Al-Lughah, Judul Asli INVITATION TO
LINGUISTICS (A basic indroduction to the science of language). Kairo:‘Alim Al-Kutub.
[1]
J.W.M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum (Yogyakarta:GADJAH MADA UNIVERSITY
PRESS, 2010), hal. 3.
[2]Mahmud Fahmi Hijaziy, Madkhalun Ilaa ‘Ulum Al-Lughati
(Mesir : Dar Qoba’), hal. 17.
[3]Dr. Ahmad Mukhtar Umar, Usus ‘Ulum Al-Lughah,
Judul Asli INVITATION TO LINGUISTICS (A basic indroduction to the science of
language), (Kairo : ‘Alim Al-Kutub, 1987), hal. 35.
[4]Drs. Abdul Chaer, LINGUISTIK UMUM, (Jakarta:PT
RINEKA CIPTA, 2014), hal. 3-4.
[5]
J.W.M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, Op.Cit., hal. 6-8.
[6] Mahmud Fahmi Hijaziy, Op.Cit., hal. 17.
[7]Drs. Abdul Chaer, LINGUISTIK UMUM, Op.Cit., hal.
100-102.
[8]
J.W.M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, Op.Cit., hal. 11-12.
[9]Ibid., hal. 13-14.
[10]Drs. Abdul Chaer, LINGUISTIK UMUM, Op.Cit., hal.
25-27.
Bagus, terimakasih sudah berbagi
ReplyDelete.trimakasih kak ...
ReplyDelete