lagu

ikut

Tuesday, March 1, 2016

Ilmu Pendidikan Islam Pengertian Epistemologi



KONSEP DESAIN EPISTEMOLOGI
 ILMU PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
Di susun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu:  Ahmad Fattah,








 
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PENDIDIKAN BAHASA ARAB
2016



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
  Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan potensi kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri, dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangasa dan negara serta agama. Proses itu sendiri telah berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia.
 Pengembangan pendidikan Islam adalah upaya memperjuangkan sebuah sistem pendidikan alternatif yang lebih baik dan relatif dapat memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menyelesaikan semua masalah kehidupan yang mereka hadapi sehari-hari.[1]
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian epistemologi?
2.      Bagaimana teori mengenai epistemologi?
3.      Bagaimana teori mengenai pendidikan?
4.      Bagaiamana konsep epistemologi ilmu pendidikan Islam?
5.      Apa metode yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan Islam?









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Epistemologi
Secara etimologi, kata epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti kata, pikiran, percakapan, teori atau ilmu. Jadi epistemology berarti teori tentanng pengetahuan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan Theory of knowledge.
Sedangkan secara terminologi terdapat beberapa pendapat para ahli diantaranya yaitu:
1.    Menurut Dagobert D. Runes, epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang menyelidiki tentang keaslian pengertian, struktur, mode, dan validitas pengetahuan.
2.    Menurut Harun Nasution, epistemologi yaitu ilmu yang membahas apa pengetahuan itu dan bagaimana memperolehnya.
3.    Menurut The Liang Gie, epistemologi adalah cabang filsafat yang bersangkutan dengan sifat dasar dan ruang lingkup pengetahuan.
4.    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia epistemologi adalah cabang ilmu filsafat tentang dasar-dasar dan batas-batas pengetahuan.
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa epistemologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari hal-hal yang bersangkutan dengan pengetahuan dan dipelajari secara substantif. Oleh karena itu, epistemologi bersangkutan dengan masalah-masalah yang meliputi :
1.      Filsafat, yaitu sebagai cabang ilmu dalam mencari hakikat dan kebenaran pengetahuan.
2.      Metode, memiliki tujuan untuk mengantarkan manusia mencapai pengetahuan.
3.      Sistem, bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan.[2]
Ilmu pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[3]

B.     Teori tentang Epistemologi
     Dalam teori epistemologi tedapat beberapa aliran. Aliran-aliran tersebut mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan. Pertama, golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan yaitu aliran:
1.   Rasionalisme, yaitu aliran yang mengemukakan bahwa sumber pengetauan manusia ialah pikiran, rasio, dan jiwa.
2.   Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan manusia berasal dari pengalaman manusia itu sendiri, melalui dunia luar yang ditangkap oleh panca inderanya.
3.   Kritisisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari dunia luar dan dari jiwa atau pikiran manusia itu sendiri.
Kedua, golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia yaitu aliran:
1.    Realisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia adalah gambaran yang baik dan tepat tentang kebenaran. Dalam pengetahuan yang baik tergambar kebenaran seperti sesungguhnya.
2.    Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan hanyalah kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia semuanya terletak di luar dirinya.[4]
C.    Teori tentang Pendidikan
     Pembahasan mengenai teori pendidikan, dikenal ada 3 macam aliran:
1.   Aliran nativisme yang dipelopori oleh Schopenhauer. Ia mengatakan bahwa bakat mempunyai peranan yang penting. Tidak ada gunanya orang mendidik kalau bakat anak memang jelek. Sehingga pendidikan diumpamakan dengan ‘mengubah emas menjadi perak’ adalah suatu hal yang tidak mungkin.
2.   Aliran empirisme yang dipelopori oleh Jhon Lock. Ia mengatakan bahwa pendidikan itu perlu sekali. Teorinya terkenal dengan istilah ‘teori tabularasa’. Ini artinya bahwa kelahiran anak diumpamakan sebagai kertas putih bersih yang dapat diwarnai setiap orang atau penulis. Dalam konteks pendidikan, pendidik adalah orang yang mampu member warna terhadap anak didik.
3.   Aliran konvergensi yang dipelopori William Stern. Aliran ini mengakui kedua aliran sebelumnya. Oleh karena itu, menurut aliran ini, pendidikan sangat perlu namun bakat atau pembawaan yang terdapat pada anak didik mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Aliran ini seolah-olah merupakan campuran dari aliran nativisme dan empirisme. Kendati aliran ini lebih menekankan tentang pentingnya pendidikan.
Aliran konvergensi adalah aliran yang banyak dianut oleh para pendidik dewasa ini. Sementara aliran nativisme dan empirisme telah mulai using dan mulai banyak ditinggalkan oleh penganutnya.[5]
D.    Konsep Epistemologi Pendidikan Islam
Konsep merupakan suatu gagasan atau ide. Untuk itu, konsep epistemologi pendidikan Islam meliputi:
1.      Pembelajaran secara terus menerus sejak manusia lahir melalui pengembangan fungsi pendengaran, penglihatan dan hati.
2.      Pembelajaran dengan membentuk manusia yang berakhlak mulia serta mampu mengembangkan ilmu teknologi.
3.      Pembelajaran dengan mengembangkan potensi manusia secara optimal dengan berpedoman kepada syari’at Islam.
4.      Pembelajaran dengan mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia baik spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, dan keilmuan.[6]
E.     Metode Epistemologi Pendidikan Islam
Epistemologi pendidikan Islam menekankan pada upaya, cara, atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan pendidikan Islam. Oleh karena itu, epistemologi mencakup banyak pembahasan termasuk metode. Metode epistemologi pendidikan Islam adalah sebagai metode-metode yang dipakai dalam menggali, menyusun dan mengembangkan pendidikan Islam.
Menurut Mujamil Qomar dari perenungan-perenungan terhadap ayat-ayat Al-Quran, Hadits Nabi dan penalaran sendiri, untuk sementara didapatkan lima macam metode yang secara efektif untuk membangun pengetahuan tentang pendidikan Islam, yaitu:
1.      Metode Rasional (Manhaj ‘Aqli)
Metode Rasional adalah metode yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria kebenaran yang bisa diterima rasio. Menurut metode ini sesuatu dianggap benar apabila bisa diterima oleh akal, seperti sepuluh lebih banyak dari lima. Tidak ada orang yang mampu menolak kebenaran ini berdasarkan penggunaan akal sehatnya, karena secara rasional sepuluh lebih banyak dari lima.
Metode ini dipakai dalam mencapai pengetahuan pendidikan Islam, terutama yang bersifat apriori. Akal memberi penjelasan-penjelasan yang logis terhadap suatu masalah, sedangkan indera membuktikan penjelasan-penjelasan itu. Penggunaan akal untuk mencapai pengetahuan termasuk pengetahuan pendidikan Islam mendapat pembenaran agama Islam. Seharusnya metode rasional telah lama menjadi pegangan para filosof pendidikan Islam dalam merumuskan teori. Namun, dalam kenyataan belum banyak ahli filsafat pendidikan Islam yang memanfaatkan metode rasional ini.
Pendidikan Islam selama ini secara sinis masih dianggap meniru pendidikan Barat. Jika diperhatikan landasan pendidikan Islam itu berupa Quran dan Sunnah, dan seharusnya tidak ada lagi peniruan. Mekanisme kerja metode rasional yang kesekian kali dalam mencapai pengetahuan pendidikan Islam dilakukan dengan cara mengembangkan objek pembahasan. Sebenarnya melalui metode rasional saja dapat diperoleh khazanah pengetahuan pendidikan Islam dalam jumlah yang amat besar.
2.       Metode Intuitif (Manhaj Zawqi)
Metode intuitif merupakan metode yang khas bagi ilmuan yang menjadikan tradisi ilmiah Barat sebagai landasan berfikir mengingat metode tersebut tidak pernah diperlukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sebaliknya dikalangan Muslim seakan-akan ada kesepakatan untuk menyetujui intuisi sebagai satu metode yang sah dalam mengembangkan pengetahuan, sehingga mereka telah terbiasa menggunakan metode ini dalam menangkap pengembangan pengetahuan. Muhammad Iqbal  menyebut intuisi ini dengan peristilahan “cinta” atau kadang-kadang disebut pengalaman kalbu.
Intuisi itu bisa didatangkan untuk memberikan pencerahan konsentrasi, kontemplasi, dan imajinasi. Sebaiknya kita memiliki tradisi ketiganya ini dalam mengembangkan atau menyusun konsep pendidikan Islam yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah di hadapan kriteria ilmu pengetahuan dan secara normatif di hadapan wahyu.
3.      Metode Dialogis (Manhaj Jadali)
Metode dialogis yang dimaksudkan di sini adalah upaya menggali pengetahaun pendidikan Islam yang dilakukan melalui karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua orang ahli atau lebih berdasarkan argumentasi-argumentasi yang bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Untuk menerapkan metode ini, dapat disiapkan wadahnya dengan beberapa cara, misalnya dengan menetapkan pasangan dialog, membentuk forum dialog, mempertemukan dua forum dialog, maupun dengan mengundang pakar-pakar pendidikan Islam, apabila difungsikan secara maksimal. wadah-wadah dialog itu hanya berbeda skalanya saja, sedang misi dan fungsinya relative sama. Semuanya sebagai wadah untuk menggali pengetahuan pendidikan Islam dari Al-Quran, hadits dan praktek-praktek pendidikan Islam, kemudian dirumuskan dalam teori-teori ilmiah tentang pendidikan Islam.
4.      Metode Komparatif (Manhaj Maqaran)
Metode komparatif adalah metode memperoleh pengetahuan (dalam hal ini pengetahuan pendidikan Islam, baik sesama pendidikan Islam maupun pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya). Metode ini ditempuh untuk mencari keunggulan-keunggulan maupun memadukan pengertian atau pemahaman, supaya didapatkan ketegasan maksud dari permasalahan pendidikan. Maka metode komparatif ini masih bisa dibedakan dengan pendidikan perbandingan. Metode komparatif sebagai salah satu metode epistemologi pendidikan Islam objek yang beragam untuk diperbandingkan, yaitu meliputi: perbandingan sesama Ayat Al-Quran tentang pendidikan, antara ayat-ayat pendidikan dengan hadits-hadits pendidikan, antara sesama hadits pendidikan, antara sesama teori dari pemikir pendidikan, antara sesama teori dari pakar pendidikan Islam dan non Islam, antara sesama lembaga pendidikan Islam, antara sesama lembaga pendidikan Islam dengan lembaga pendidikan non Islam, antara sesama sejarah umat Islam dahulu dan sekarang.
5.      Metode Kritik (Manhaj Naqdi)
Metode kritik yaitu sebagai usaha untuk menggali pengetahuan tentang pendidikan Islam dengan cara mengoreksi kelemahan-kelemahan suatu konsep atau aplikasi pendidikan, kemudian menawarkan solusi sebagai altrnatif pemecahannya. Jadi maksudnya kritik bukan karena adanya kebencian, melainkan karena adanya kejanggalan-kejanggalan atau kelemahan-kelemahan yang harus diluruskan. Sebenarnya kritik adalah metode kita yang sudah ada sejak dulu dari ilmu kalam, fiqh, sejarah Islam maupun hadits. Namun sayangnya sekarang jarang sekali kalangan Muslim yang berpijak pada metode kritik ketika mengungkapkan gagasan-gagasannya. Salah satau pemikir muslim yang karya-karyanya bernuansa kritik adalah Muhammad Arkoun. Beliau mengkritik bangunan epistemologi keilmuan agam Islam. Sebenarnya kritik itu berkonotasi dalam makna upaya membangun, tidak seperti yang kita pahami selama ini bahwa kritik adalah penghinaan. Dan itu berakibat umat muslim merasa tidak suka terhadap kritik. Dengan menggunakan metode kritik dapat mengkritik teori barat yang tidak sepaham dengan nas-nas wahyu yang berkaitan dengan pendidikan Islam.[7]











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Epistemologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari hal-hal yang bersangkutan dengan pengetahuan dan dipelajari secara substantif. Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utam menurut ukuran-ukuran Islam.
            Epistemologi pendidikan Islam menekankan pada upaya, cara, atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan pendidikan Islam. Konsep epistemologi pendidikan Islam meliputi :
1.    Pembelajaran secara terus menerus sejak manusia lahir melalui pengembangan fungsi pendengaran, penglihatan dan hati.
2.    Pembelajaran dengan membentuk manusia yang berakhlak mulia serta mampu mengembangkan ilmu teknologi.
3.    Pembelajaran dengan mengembangkan potensi manusia secara optimal dengan berpedoman kepada syari’at Islam.
4.    Pembelajaran dengan mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia baik spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, dan keilmuan.
          Sedangkan metode atau cara untuk mendapatkan pengetahuan Islam meliputi : Metode Rasional, Metode Intuitif, Metode Dialogis, Metode Komparatif, dan metode kritik.
B.     Saran
kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan.Untuk itu, kami mengharap kritik dan masukan yang membangun untuk perbaikan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kita dan bermanfaat untuk di dunia dan di Akhirat.







DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 2002, Jakarta: Ciputat press.
Rusn, Abidin Ibnu, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan,1998, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, 2003, Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Qomar, Mujamil, Epistemologi Pendidikan Islam, 2008,  Jakarta: Erlangga.




[1] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat press, 2002), hal. 3.
[2] Ibid, hal.3-4.
[3] Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hal. 135.
[4] Armai Arief, Op.cit, hal.5.
[5] Ibid, hal.5-6.
[6] Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), hal. 77.
[7]Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008), hal. 270-350.

Keluarga

Keluarga
Jejak Ora Normal

keluarga

keluarga
Je Ow En