KONSEP
DESAIN EPISTEMOLOGI
ILMU PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
Di susun Guna Memenuhi Tugas
Di susun Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Ilmu Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu: Ahmad Fattah,
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/PENDIDIKAN BAHASA ARAB
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam sebagai suatu proses
pengembangan potensi kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, cerdas, terampil, memiliki
etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mandiri, dan bertanggung jawab
terhadap dirinya, bangasa dan negara serta agama. Proses itu sendiri telah
berlangsung sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Pengembangan pendidikan Islam adalah upaya
memperjuangkan sebuah sistem pendidikan alternatif yang lebih baik dan relatif
dapat memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menyelesaikan semua masalah kehidupan
yang mereka hadapi sehari-hari.[1]
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian epistemologi?
2.
Bagaimana
teori mengenai epistemologi?
3.
Bagaimana
teori mengenai pendidikan?
4.
Bagaiamana
konsep epistemologi ilmu pendidikan Islam?
5.
Apa
metode yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Epistemologi
Secara etimologi, kata epistemologi
berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan dan logos
yang berarti kata, pikiran, percakapan, teori atau ilmu. Jadi epistemology
berarti teori tentanng pengetahuan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan Theory
of knowledge.
Sedangkan secara terminologi
terdapat beberapa pendapat para ahli diantaranya yaitu:
1.
Menurut
Dagobert D. Runes, epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang menyelidiki
tentang keaslian pengertian, struktur, mode, dan validitas pengetahuan.
2.
Menurut
Harun Nasution, epistemologi yaitu ilmu yang membahas apa pengetahuan itu dan
bagaimana memperolehnya.
3.
Menurut
The Liang Gie, epistemologi adalah cabang filsafat yang bersangkutan dengan
sifat dasar dan ruang lingkup pengetahuan.
4.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia epistemologi adalah cabang ilmu filsafat tentang
dasar-dasar dan batas-batas pengetahuan.
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa epistemologi adalah
sebuah ilmu yang mempelajari hal-hal yang bersangkutan dengan pengetahuan dan
dipelajari secara substantif. Oleh karena itu, epistemologi bersangkutan dengan
masalah-masalah yang meliputi :
1.
Filsafat,
yaitu sebagai cabang ilmu dalam mencari hakikat dan kebenaran pengetahuan.
2.
Metode,
memiliki tujuan untuk mengantarkan manusia mencapai pengetahuan.
3.
Sistem,
bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan.[2]
Ilmu pendidikan
Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[3]
B.
Teori tentang Epistemologi
Dalam
teori epistemologi tedapat beberapa aliran. Aliran-aliran tersebut mencoba
menjawab pertanyaan-pertanyaan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan. Pertama,
golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan yaitu aliran:
1.
Rasionalisme,
yaitu aliran yang mengemukakan bahwa sumber pengetauan manusia ialah pikiran,
rasio, dan jiwa.
2.
Empirisme,
yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan manusia berasal dari pengalaman
manusia itu sendiri, melalui dunia luar yang ditangkap oleh panca inderanya.
3.
Kritisisme,
yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari dunia
luar dan dari jiwa atau pikiran manusia itu sendiri.
Kedua, golongan yang
mengemukakan hakikat pengetahuan manusia yaitu aliran:
1.
Realisme,
yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia adalah gambaran yang
baik dan tepat tentang kebenaran. Dalam pengetahuan yang baik tergambar
kebenaran seperti sesungguhnya.
2.
Idealisme,
yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan hanyalah kejadian dalam jiwa
manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia semuanya terletak di luar
dirinya.[4]
C.
Teori tentang Pendidikan
Pembahasan
mengenai teori pendidikan, dikenal ada 3 macam aliran:
1. Aliran nativisme yang dipelopori oleh Schopenhauer. Ia mengatakan
bahwa bakat mempunyai peranan yang penting. Tidak ada gunanya orang mendidik
kalau bakat anak memang jelek. Sehingga pendidikan diumpamakan dengan ‘mengubah
emas menjadi perak’ adalah suatu hal yang tidak mungkin.
2. Aliran empirisme yang dipelopori oleh Jhon Lock. Ia mengatakan
bahwa pendidikan itu perlu sekali. Teorinya terkenal dengan istilah ‘teori
tabularasa’. Ini artinya bahwa kelahiran anak diumpamakan sebagai kertas putih
bersih yang dapat diwarnai setiap orang atau penulis. Dalam konteks pendidikan,
pendidik adalah orang yang mampu member warna terhadap anak didik.
3. Aliran konvergensi yang dipelopori William Stern. Aliran ini
mengakui kedua aliran sebelumnya. Oleh karena itu, menurut aliran ini, pendidikan
sangat perlu namun bakat atau pembawaan yang terdapat pada anak didik
mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Aliran ini seolah-olah merupakan campuran
dari aliran nativisme dan empirisme. Kendati aliran ini lebih menekankan
tentang pentingnya pendidikan.
Aliran konvergensi adalah aliran yang banyak dianut oleh para
pendidik dewasa ini. Sementara aliran nativisme dan empirisme telah mulai using
dan mulai banyak ditinggalkan oleh penganutnya.[5]
D.
Konsep Epistemologi Pendidikan Islam
Konsep merupakan suatu gagasan atau
ide. Untuk itu, konsep epistemologi pendidikan Islam meliputi:
1.
Pembelajaran
secara terus menerus sejak manusia lahir melalui pengembangan fungsi
pendengaran, penglihatan dan hati.
2.
Pembelajaran
dengan membentuk manusia yang berakhlak mulia serta mampu mengembangkan ilmu
teknologi.
3.
Pembelajaran
dengan mengembangkan potensi manusia secara optimal dengan berpedoman kepada
syari’at Islam.
4.
Pembelajaran
dengan mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia baik spiritual, intelektual,
imajinasi, jasmaniah, dan keilmuan.[6]
E.
Metode Epistemologi Pendidikan Islam
Epistemologi pendidikan Islam
menekankan pada upaya, cara, atau langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan
pendidikan Islam. Oleh karena itu, epistemologi mencakup banyak pembahasan
termasuk metode. Metode epistemologi pendidikan Islam adalah sebagai
metode-metode yang dipakai dalam menggali, menyusun dan mengembangkan
pendidikan Islam.
Menurut Mujamil Qomar dari
perenungan-perenungan terhadap ayat-ayat Al-Quran, Hadits Nabi dan penalaran
sendiri, untuk sementara didapatkan lima macam metode yang secara efektif untuk
membangun pengetahuan tentang pendidikan Islam, yaitu:
1.
Metode
Rasional (Manhaj ‘Aqli)
Metode Rasional
adalah metode yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan
pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria kebenaran yang bisa diterima
rasio. Menurut metode ini sesuatu dianggap benar apabila bisa diterima oleh
akal, seperti sepuluh lebih banyak dari lima. Tidak ada orang yang mampu
menolak kebenaran ini berdasarkan penggunaan akal sehatnya, karena secara
rasional sepuluh lebih banyak dari lima.
Metode ini
dipakai dalam mencapai pengetahuan pendidikan Islam, terutama yang bersifat
apriori. Akal memberi penjelasan-penjelasan yang logis terhadap suatu masalah,
sedangkan indera membuktikan penjelasan-penjelasan itu. Penggunaan akal untuk
mencapai pengetahuan termasuk pengetahuan pendidikan Islam mendapat pembenaran
agama Islam. Seharusnya metode rasional telah lama menjadi pegangan para
filosof pendidikan Islam dalam merumuskan teori. Namun, dalam kenyataan belum
banyak ahli filsafat pendidikan Islam yang memanfaatkan metode rasional ini.
Pendidikan
Islam selama ini secara sinis masih dianggap meniru pendidikan Barat. Jika
diperhatikan landasan pendidikan Islam itu berupa Quran dan Sunnah, dan
seharusnya tidak ada lagi peniruan. Mekanisme kerja metode rasional yang
kesekian kali dalam mencapai pengetahuan pendidikan Islam dilakukan dengan cara
mengembangkan objek pembahasan. Sebenarnya melalui metode rasional saja dapat
diperoleh khazanah pengetahuan pendidikan Islam dalam jumlah yang amat besar.
2.
Metode Intuitif (Manhaj Zawqi)
Metode intuitif
merupakan metode yang khas bagi ilmuan yang menjadikan tradisi ilmiah Barat
sebagai landasan berfikir mengingat metode tersebut tidak pernah diperlukan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sebaliknya dikalangan Muslim seakan-akan
ada kesepakatan untuk menyetujui intuisi sebagai satu metode yang sah dalam
mengembangkan pengetahuan, sehingga mereka telah terbiasa menggunakan metode
ini dalam menangkap pengembangan pengetahuan. Muhammad Iqbal menyebut intuisi ini dengan peristilahan
“cinta” atau kadang-kadang disebut pengalaman kalbu.
Intuisi itu
bisa didatangkan untuk memberikan pencerahan konsentrasi, kontemplasi, dan
imajinasi. Sebaiknya kita memiliki tradisi ketiganya ini dalam mengembangkan
atau menyusun konsep pendidikan Islam yang bisa dipertanggung jawabkan secara
ilmiah di hadapan kriteria ilmu pengetahuan dan secara normatif di hadapan
wahyu.
3.
Metode
Dialogis (Manhaj Jadali)
Metode dialogis
yang dimaksudkan di sini adalah upaya menggali pengetahaun pendidikan Islam
yang dilakukan melalui karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan
antara dua orang ahli atau lebih berdasarkan argumentasi-argumentasi yang bisa
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Untuk menerapkan metode ini, dapat
disiapkan wadahnya dengan beberapa cara, misalnya dengan menetapkan pasangan
dialog, membentuk forum dialog, mempertemukan dua forum dialog, maupun dengan
mengundang pakar-pakar pendidikan Islam, apabila difungsikan secara maksimal.
wadah-wadah dialog itu hanya berbeda skalanya saja, sedang misi dan fungsinya
relative sama. Semuanya sebagai wadah untuk menggali pengetahuan pendidikan
Islam dari Al-Quran, hadits dan praktek-praktek pendidikan Islam, kemudian
dirumuskan dalam teori-teori ilmiah tentang pendidikan Islam.
4.
Metode
Komparatif (Manhaj Maqaran)
Metode
komparatif adalah metode memperoleh pengetahuan (dalam hal ini pengetahuan
pendidikan Islam, baik sesama pendidikan Islam maupun pendidikan Islam dengan
pendidikan lainnya). Metode ini ditempuh untuk mencari keunggulan-keunggulan
maupun memadukan pengertian atau pemahaman, supaya didapatkan ketegasan maksud
dari permasalahan pendidikan. Maka metode komparatif ini masih bisa dibedakan
dengan pendidikan perbandingan. Metode komparatif sebagai salah satu metode
epistemologi pendidikan Islam objek yang beragam untuk diperbandingkan, yaitu
meliputi: perbandingan sesama Ayat Al-Quran tentang pendidikan, antara
ayat-ayat pendidikan dengan hadits-hadits pendidikan, antara sesama hadits
pendidikan, antara sesama teori dari pemikir pendidikan, antara sesama teori
dari pakar pendidikan Islam dan non Islam, antara sesama lembaga pendidikan
Islam, antara sesama lembaga pendidikan Islam dengan lembaga pendidikan non
Islam, antara sesama sejarah umat Islam dahulu dan sekarang.
5.
Metode
Kritik (Manhaj Naqdi)
Metode kritik yaitu sebagai usaha untuk menggali pengetahuan
tentang pendidikan Islam dengan cara mengoreksi kelemahan-kelemahan suatu
konsep atau aplikasi pendidikan, kemudian menawarkan solusi sebagai altrnatif
pemecahannya. Jadi maksudnya kritik bukan karena adanya kebencian, melainkan
karena adanya kejanggalan-kejanggalan atau kelemahan-kelemahan yang harus
diluruskan. Sebenarnya kritik adalah metode kita yang sudah ada sejak dulu dari
ilmu kalam, fiqh, sejarah Islam maupun hadits. Namun sayangnya sekarang jarang
sekali kalangan Muslim yang berpijak pada metode kritik ketika mengungkapkan
gagasan-gagasannya. Salah satau pemikir muslim yang karya-karyanya bernuansa
kritik adalah Muhammad Arkoun. Beliau mengkritik bangunan epistemologi keilmuan
agam Islam. Sebenarnya kritik itu berkonotasi dalam makna upaya membangun,
tidak seperti yang kita pahami selama ini bahwa kritik adalah penghinaan. Dan
itu berakibat umat muslim merasa tidak suka terhadap kritik. Dengan menggunakan
metode kritik dapat mengkritik teori barat yang tidak sepaham dengan nas-nas
wahyu yang berkaitan dengan pendidikan Islam.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Epistemologi
adalah sebuah ilmu yang mempelajari hal-hal yang bersangkutan dengan
pengetahuan dan dipelajari secara substantif. Pendidikan Islam adalah bimbingan
jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utam menurut ukuran-ukuran Islam.
Epistemologi pendidikan Islam menekankan pada upaya, cara, atau
langkah-langkah untuk mendapatkan pengetahuan pendidikan Islam. Konsep
epistemologi pendidikan Islam meliputi :
1.
Pembelajaran
secara terus menerus sejak manusia lahir melalui pengembangan fungsi
pendengaran, penglihatan dan hati.
2.
Pembelajaran
dengan membentuk manusia yang berakhlak mulia serta mampu mengembangkan ilmu
teknologi.
3.
Pembelajaran
dengan mengembangkan potensi manusia secara optimal dengan berpedoman kepada
syari’at Islam.
4.
Pembelajaran
dengan mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia baik spiritual,
intelektual, imajinasi, jasmaniah, dan keilmuan.
Sedangkan metode
atau cara untuk mendapatkan pengetahuan Islam meliputi : Metode Rasional, Metode
Intuitif, Metode Dialogis, Metode Komparatif, dan metode kritik.
B.
Saran
kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan.Untuk itu, kami mengharap kritik dan
masukan yang membangun untuk perbaikan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah
ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kita dan bermanfaat untuk di dunia
dan di Akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 2002,
Jakarta: Ciputat press.
Rusn, Abidin Ibnu, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan,1998,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, 2003, Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Qomar,
Mujamil, Epistemologi Pendidikan Islam, 2008, Jakarta: Erlangga.
[1]
Armai Arief, Pengantar
Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat press, 2002), hal.
3.
[2]
Ibid,
hal.3-4.
[3]
Abidin Ibnu
Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1998), hal. 135.
[4]
Armai Arief, Op.cit,
hal.5.
[5]
Ibid, hal.5-6.
[6]
Jalaluddin, Teologi
Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003), hal. 77.
[7]Mujamil Qomar, Epistemologi
Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2008), hal. 270-350.