lagu

ikut

Wednesday, December 30, 2015

Artikel Tembang Dolanan sebagai Salah Satu Wujud Peradaban Islam di Jawa



Tembang Dolanan sebagai Salah Satu Wujud Peradaban Islam di Jawa
ARTIKEL
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Bpk. Manijo







Disusun Oleh:
Kafia Ansori   (1410210019)



 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH  /  PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN 2015




Tembang Dolanan sebagai Salah Satu Wujud Peradaban Islam di Jawa

Agama Islam mulai berkembang di Jawa kurang lebih pada abad 14 yang disebarluaskan oleh wali songo.Wali Songo adalah sebutan bagi para muballigh yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Mereka Semuanya adalah pedatang dari luar nusantara kecuali sunan Kalijaga.
Dalam menyebarkan Islam, wali songo mempunyai strategi khusus dalam berdakwah. Hal ini dikarenakan para sunan hanya memiliki dua pilihan dalam menyebarkan agama Islam, yaitu : menanamkan Islam pada masyarakat dengan menghilangkan semua kebudayaan yang sudah ada atau mengkolaborasikan dua kebudayaan yang berbeda. Para sunan tidak menggunakan kekerasan dalam berdakwah sebagaimana jihad atau memerangi para pembangkang.
Salah satu trateginya dengan melakukan pendekatan kebudayaan sehingga lahirlah berbagai kebudayaan yang menjadi khas di Jawa. Termasuk didalamnya tembang-tembang dholanan yang sering dinyanyikan anak-anak. Tembang-tembang yang sering dilantunkan seperti sluku-sluku bathok, lir ilir, gundul-gundul pacul, dll merupakan materi dan media yang digunakan para sunan untuk menyebarkan agama Islam.
Tembang-tembang tersebut tidak semata-mata dibuat untuk hiburan, melainkan didalamnya terkandung makna-makna kehidupan yang religious. Itu sebabnya masyarakat Jawa sangat mudah menerima Islam sebagai pegangan hidup mereka. Anak-anak yang sering melantuntan tembang yang diajarkan para wali secara tidak langsung mereka mempelajari Islam dan mereka merasa senang dan bahagia. Para orang tuapun juga tertarik dengan tembang-tembang ciptaan sunan, sehingga Islam sangat mudah berkembang pesat di Jawa. Dakwah Islam kepada masyarakat dikemas secara indah dalam sebuah tembang yang enak didengar. Inilah yang menjadikan Islam dapat berkembang lebih cepat daripada di tanah Sumatra ataupun lainnya.



Adapun makna religious yang terkandung dalam tembang-tembang dholanan antara lain :
1.      Gundul gundul pacul
Gundul gundul pacul cul, gemblelengan
Nyunggi nyunggi wakul kul, gemblelengan
Wakul glimpang segane dadi sak latar 2x
Tembang Jawa diatas, konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja. Tembang tersebut tak hanya tembang mainan, akan tetapi mempunyai arti filosofis yg dalam dan sangat mulia.
Gundul adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Maka gundul artinya kehormatan yang tanpa mahkota. Sedangkan pacul adalah cangkul, yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. Pacul adalah lambang kawula rendah yang kebanyakan adalah petani. Gundul pacul artinya: bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Orang Jawa mengatakan pacul adalah papat kang ucul (empat yang lepas). Artinya bahwa: kemuliaan seseorang akan sangat tergantung 4 hal, yaitu: bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya.
1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat.
2.Telinga digunakan untuk mendengar nasehat.
3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan.
4. Mulut digunakan untuk berkata- kata yang adil.
Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya. Gembelengan artinya: besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya.
GUNDUL2 PACUL CUL artinya orang yang dikepalanya sdh kehilangan 4 indera tersebut yang mengakibatkan sikap berubah jadi GEMBELENGAN (= congkak).
NYUNGGI2 WAKUL KUL (menjunjung amanah rakyat) selalu sambil GEMBELENGAN (= sombong hati), akhirnya WAKUL NGGLIMPANG (amanah jatuh gak bisa dipertahankan) SEGANE DADI SAK LATAR (berantakan sia2, tak bisa bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat)
2.      Cublak-cublak suweng
Masih ingat dolanan saat kita masih kecil dan biasanya dilakukan pas terang bulan ini? Beberapa anak ikut bermain, satu anak duduk telungkup seperti posisi sujud dan memejamkan matanya sementara anak-anak lainnya duduk mengitarinya lalu tangan anak-anak tersebut dalam posisi menengadah menunggu giliran sebuah batu kerikil yang nanti akan jatuh dalam salah satu genggaman tangan seorang anak. Sambil menggilir batu tsb anak-anak menyanyikan lagu ini :
Cublak-cublak suweng
Suwenge ting gelenter
Mambu ketundung gudhel
Pak gempo lerak-lerek
Sopo ngguyu ndelekakhe
Sir-sir pong dele kopong
Sir-sir pong dele kopong
Sir-sir pong dele kopong
Selesai menyanyi lagu itu, anak yang telungkup bangun dan disuruh menebak siapa yang menggenggam batu tsb. Si anak yang telungkup bila salah menebak maka dia akan disuruh telungkup lagi dalam fase permainan berikutnya.
Permainan ini pastilah sudah lama kita tinggalkan. Namun tanpa kita sadari sampai kita dewasa pun kita masih melakukan ’permainan’ ini. Dalam kehidupan sehari-hari. Permainan anak-anak yang akrab bagi masyarakat Jawa ini ternyata mengandung banyak makna dan mengajarkan kehidupan sedari kecil. Konon (katanya) permainan ini awalnya dikenalkan oleh Walisongo.
Permainan ini memang mengajari tentang pencarian harta dalam hidup. Dari lirik lagunya ”cublak-cublak suweng” …suweng artinya hiasan di telinga, lebih berharga daripada anting…identik dengan harta. Bisa diartikan ayolah ”tebak tempat menyimpan harta”
”Suwenge ting gelenter” maksudnya hartanya tersebar dimana-mana. Hal ini terlihat pula dalam permainannya dimana anak-anak menyembunyikan batu kerikil (diibaratkan suweng) lalu beredar dari satu tangan ke tangan yang lain (”suwenge ting gelenter”)
”Mambu ketundung gudhel” = mambu artinya tercium, ketundung artinya yang dituju, sedangkan gudhel artinya anak kerbau….mengapa anak kerbau, bukan kerbaunya? Anak kerbau identik dengan kebodohan(karena masih berwujud anak, yang belum matang alias belum tahu apa-apa). Secara garis besar kabar tentang tempat harta ini mudah tercium (tersiar) oleh orang-orang bodoh.

”Pak Gempo lerak-lerek” = Pak Gempo melirik-lirik (mencarinya). Pak Gempo digambarkan sebagai kebalikan dari gudhel yang masih berwujud anak. Makanya menggunakan kata awalan ’Pak’. Pak Gempo adalah sosok manusia yang telah dewasa dan berusaha mencari harta (’suweng’) tsb. Pak Gempo diwujudkan sebagai manusia yang berakal, beda dengan ’gudhel’ yang hanya anak hewan yang identik dengan kebodohan. Sehingga dianggap Pak Gempo bisa mencari harta tsb. Dalam permainan wujud Pak Gempo adalah anak yang bermainan dalam posisi sujud dan akhirnya dia harus menebak siapa yang menyimpan batu kerikil tsb.
”Sopo ngguyu ndelekakhe” = Siapa yang tertawa pasti menyembunyikan. Di permainannya kita tahu bahwa anak-anak yang lain (yang tidak telungkup) pasti tertawa saat anak yang telungkup berusaha menebak siapa yang menyimpan batu kerikilnya.
” Sir-sir pong dele kopong” = di dalam hati nurani yang kosong. Suatu petunjuk bagi yang ingin mencari harta/menebak di permainan bahwa untuk mencari pelakunya gunakanlah hati nurani.
Bisa ditafsirkan secara garis besar makna dari lagu dan permainan ini adalah sebagai berikut:
Kita sebagai manusia biasa yang tercipta dari tanah. Makanya dalam permainan seorang anak harus telungkup mencium tanah seolah sedang sujud. Hanya manusia biasa yang tak tak tahu apa-apa. Namun manusia tetap ada hasrat nafsu sebagaimana nabi Adam dikeluarkan dari surga karena mencium wanita. Manusia mempunyai hasrat nafsu harta, tahta dan wanita.
Dalam lagu daerah ini manusia tetap memenuhi hasratnya untuk mencari harta (”cublak-cublak suweng”). Namun harta tercecer dimana-mana dan semua orang pasti menginginkannya. Begitu mudahnya tercium ’bau’ harta sampai orang tak berilmu pun tahu, kita tahu bahwa setiap hari ada maling, copet, koruptor yang mengincar harta. Cara terbaik untuk mencari harta adalah dengan hati nurani yang bersih. Tidak dipengaruhi hawa nafsu dsb. Dengan hati nurani akan lebih mudah menemukannya, tidak tersesat.
Kemungkinan maksud Walisongo mempopulerkan permainan rakyat ini untuk menanamkan hati nurani yang ikhlas bila kita hendak mencari harta. Kembali kepada nilai-nilai islami, seperti sedekah untuk mencari harta yang banyak bukan dengan jalan pintas (korupsi). Harta yang dicari dengan jalan cepat akan hilang dalam waktu cepat pula.
Itulah sebagian kecil peradaban Islam yang ada di Jawa dan masih banyak peradaban Islam yang tersebar di tanah Jawa. Kita sebagai seorang Muslim minimal kita mengenali sekilas peradaban yang telah dibentuk oleh para pejuang Islam sebelum kita. Semoga Tuhan selalu merahmati kita.
DAFTAR PUSTAKA
♦ Djaka Lodang, 5 Agustus 1989, GBHN 1993. Surakarta PT Pabelan.
♦ Suwarna & Suwardi. 1996. Integrasi Pendidikan Budi Pekerti dalam
   buku Teks ‘Tataran Wulang Basa Jawa kanggo SD. Laporan
   Penelitian.Yogyakarta: Lemlit,IKIP
♦ Widyatmanta, Siman. (2002), Berbahasa Jawa : Untuk Pelayanan
   Gerejawi dan Masyarakat, Yogyakarta, Taman Pustaka Kristen

ANALISIS PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL SEBAGAI EVALUASI PENDIDIKAN DI INDONESIA



ANALISIS PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL SEBAGAI EVALUASI PENDIDIKAN DI INDONESIA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir semester
Mata Kuliah : Ilmu Pendidikan
Dosen Pengampu : Bpk. Zainal Hafidhin
















Disusun Oleh:
Kafia Ansori   (1410210019)





SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH  /  PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN 2015

A.    PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional yang merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kualitas manusia yang berguna dan bermutu untuk kemajuan bangsa dan Negara. Pendidikan yang bermutu pada hakekatnya adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas belajar dengan baik kepada siswa sehingga timbul interaksi antar keduanya agar tercapai cita-cita yang diharapkan dan hal  ini berlangsung  terus menerus.
Saat ini pendidikan yang bermutu sering dipandang sebagai suatu kegiatan yang  sangat teramat penting untuk mulai menciptakan suatu perubahan serta perkembangan yang diperhitungkan akan terjadi di masa depan. Hal ini ditentukan oleh persepsi suatu masyarakat pendidikan terhadap berbagai kecenderungan yang ada. Sehingga beberapa atau bahkan semua kalangan menganggap mutu pendidikan menjadi sangat penting demi mencapai pendidikan yang bermutu .Disamping itu  dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu pula untuk mendukung suksesi terhadap pelaksanaan pendidikan yang ada. Itulah salah satu dari tujuan pendidikan bermutu yakni untuk meningkatkan mutu SDM yang ada di Indonesia. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, peran serta dan dukungan semua pihak yang terkait sangat dibutuhkan baik dari pihak sekolah, masyarakat, maupun pemerintah.
Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 63 ayat 1 mengamanatkan tiga jenis penilaian yang dilakukan terhadap peserta didik. Penilaian atau evaluasi terhadap pendidikan yang selama ini banyak dilakukan dengan beberapa cara.Mulai dari ulangan harian,keaktifan peserta didik,ujian semester bahkan sampai Ujian Nasional atau biasa disebut dengan UN.
Sebagaimana bentuk –bentuk penilaian terhadap pendidikan yang digunakan diatas, salah satunya, adalah masalah Ujian Nasianal sebagai pola penilaian pemerintah terhadap pendidikan yang berlangsung. Dalam peraturan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 66 bentuk penilaian yang dilakukkan pemerintah tersebut dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional untuk mata pelajaran tertentu. Dalam pelaksanaanya selama ini, mata pelajaran yang diajukan pemerintah ada tiga yaitu, Matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia. Pemerintah menugasi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dengan bekerjasama oleh instansi terkait di lingkungan pemerintah pusat, daerah, dan satuan pendidikan untuk menyelenggarakan Ujian Nasional tersebut.
Dengan peraturan tersebut sangat jelas, tegas, dan pasti bahwa Ujian Nasional akan bergulir setiap tahun. Hal ini penting dikemukakan demi menjawab keraguan dan simpang siur pertanyaan dari semua pihak, khususnya para pendidik, orang tua murid, dan para peserta didik itu sendiri yang muncul di awal tahun pelajaran. Namun, perlu disadari bahwa banyak masyarakat bahkan pakar pendidikan sekalipun menyatakan bahwa kebijakan Ujian Nasional masih cukup kontroversial. Logika sederhana bagaimana bisa menyeragamkan output di seluruh Indonesia jika input serta proses pendidikan yang berlangsung di seluruh Indonesia belum seragam.
B.            ANALISIS
Pengertian Evaluasi
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah pengukuran (meaasurement), penilaian (assessment) dan evaluasi (evaluation), terlebih lagi bagi orang-orang yang bergelut di bidang pendidikan. Pengukuran sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan mengukur.
Kemudian beberapa tokoh atau para ahli juga memberikan pendapat mengenai definisi evaluasi itu sendiri.Evaluasi mencakup pengukuran dan penilaian. Evaluasi memiliki pengertian yang berbeda-menurut para ahli, yaitu :
a. Menurut Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977), evaluation refer to the act or process to determining the value of something. Dari definisi tersebut, maka istilah evaluasi ini menunjuk kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
b. Menurut Ralph Tailor (1950), evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai (Arikunto, 2010: 3).
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang (evaluator) untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu program telah tercapai yang dilakukan secara berkesinambungan.
Tujuan dan Manfaat Evaluasi
Adapun tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan menurut Sudijono adalah:
1.      Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
2.      Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan fungsi evaluasi terhadap  pendidikan menurut Arikunto adalah sebagai berikut:
1.      Berfungsi selektif. Dengan mengadakan evaluasi, guru dapat melakukan seleksi atau penilaian terhadap siswanya.
2.      Berfungsi diagnostik. Dengan mengadakan evaluasi, guru dapat melakukan dignosis tentang kebaikan dan kelemahan siswanya.
3.      Berfungsi sebagai penempatan. Dengan mengadakan evaluasi, guru dapat menempatkan siswa sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
4.      Berfungsi sebagai pengukur keberhasilan. Dengan mengadakan evaluasi, guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu program yang telah diterapkan.
Pelaksanaan Ujian Nasional di Indonesia
Ujian Nasional merupakan salah satu  kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
Ujian Nasional yang dilaksanakan pada tingkat jenjang pendidikan seperti SD/MI, SMP/ MTs, SMA / MA.masing-masing memiliki standar yang berbeda.Ujian Nasional yang dilaksanakan oleh BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) yang pelaksanaannya bekerjasama dengan instansi terkait terkait dengan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/ Kota.
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional 153/U/2003 tentang Ujian Nasional yahun 2003/ 2004 disebutkan bahwa tujuan Ujian Nasional adalah untuk mengukur pencapaian hasil peserta didik melalui pemberian tes pada siswa sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas.Selain itu juga untuk mengukur mutu pendidikan dan mempertanggung jawabkan penyelenggaraan pendidikan ditingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten sampai tingkat sekolah.
Ujian Nasional yang dilakukan di Indonesia memiliki sisi positif dan negatif. Adapun sisi positif dari pelaksanaan UN tersebut,anatara lain:
1.      Siswa dapat belajar serius terhadap pelajarannya selama ini di bangku sekolah.
2.      Menyetarakan pendidikan disetiap daerah sehingga berstandar Nasional, Apabila selama pelaksanaanya tersebut sesuai dengan aturan.
3.      Dapat mengevaluasi serta mengembangkan kurikulum yang dipakai selam penyelenggaraan pendidikan.
Selain sisi positif, beberapa sisi negatif dari pelaksanaan Ujian Nasional tersebut antara lain:
1.          Ujian Nasional belum dapat mempresentasikan proses belajar mengajar selama di bangku sekolah. Seperti anak didik yang pandai Matematika tapi ia kurang menguasai Bahasa Indonesia, apakah ia harus tidak lulus?.
2.          Penyelenggaraan pendidikan yang berbeda di berbagai lembaga tertentu,dengan kualitas yang berbeda.Tidak mungkin lantas disamaratakan mengingat daerah yang berbeda.Seperti didaerah terpencil dengan dikota.
Bentuk kecurangan UN yang kerap kali ditemukan adalah sebagai berikut :
1. Sebelum pelaksanaan UN
a. Mengganti nilai raport.
b. Meninggikan KKM
c.
Meninggikan nilai ujian sekolah.    
d. Pengawas yang dikirim bisa dinegosiasi.    
e. Tempat duduk siswa direkayasa
.
f. Siswa diajak untuk membantu temannya.
2. Pada saat pelaksanaan UN
a. Pengawasan UN tidak ketat.
b. Siswa dibiarkan menyontek dan bekerja sama.
c. Siswa diberi jawaban oleh pengawas / pihak sekolah.       
d. Siswa mendapat jawaban lewat SMS
.
3. Setelah pelaksanaan UN
 a. Mengisi jawaban siswa yang masih kosong.
 b. Mengganti jawaban siswa.
Demikian beberapa contoh kecurangan yang acap kali dilakukan selama pelaksanaan Ujian Nasional.
Solusi Melaksanakan UN dengan Baik
            Ujian Penghabisan, Ujian Negara, Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas), Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Ujian Nasional, merupakan nama– nama yang pernah dipakai untuk mengukur mutu pendidikan Nasional dan kelulusan siswa secara kognitif ditingkat dasar dan menengah. Apapun namanya jika tidak dapat mengakomodir antara kepentingan pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta masyarakat maka selama itu pula pro dan kontra serta kecurangan selalu menghiasi pelaksanaan ujian nasional itu sendiri. Untuk itu sangat dibutuhkan solusi yang tepat untuk hal ini, seperti :
1.      Solusi “Nilai Akhir Kumulatif”
 Merupakan metode yang  mengumpulkan nilai laporan pendidikan selama tiga tahun untuk dijadikan Nilai Akhir Kumulatif. Rekapitulasi nilai siswa/siswi yang dihitung secara kumulatif lebih mewakili prestasi belajar siswa/siswi selama tiga tahun dibandingkan nilai UN yang hanya tiga hari. Dengan menerapkan metode ini, peran guru yang beberapa waktu ini hilang karena kekakuan dari UN akan kembali seperti sediakala. Perlu diketahui, guru lebih mengenal siswa/siswinya dibandingkan dengan mesin pengolah data UN.
2.      Pemerintah mengatur berapa Standar “Nilai Akhir Kumulatif” yang dibutuhkan sebagai syarat kelulusan.
Siswa/siswi tidak akan merasa kecewa jika kerja kerasnya selama tiga tahun dinilai dengan prestasi belajar yang diperoleh selama tiga tahun pula.


  1. KESIMPULAN

Pendidikan yang bermutu dipandang sebagai suatu kegiatan yang  sangat teramat penting untuk mulai menciptakan suatu perubahan serta perkembangan yang diperhitungkan akan terjadi di masa depan.
Terlepas dari beberapa pro kotra mengenai UN. Hakikatnya UN dilakukan untuk mengevaluasi pendidikan yang berlangsung selama di jenjang pendidikan tertentu , maka dicetuskanlah solusi evaluasi pendidikan dengan Ujian Nasional. Dimana ia dilaksanakan serentak ditingkat Nasional, dengan standart kelulusan yang telah ditentukan.  Dan hal itu bersifat menyeluruh,dengan artian baik masyarakat pedalaman atau kota disuguhkan dengan soal-soal ujian yang sama.
Selama perjalanan ujian tersebut tak ayal timbul beberapa kecurangan. Mulai dari kecurangan sebelum ujian, kecurangan saat ujian berlangsung serta kecurangan setelah ujian tersebut dilaksanakan.

Beberapa masalah tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja, mengingat evaluasi juga penting unutk dilaksanakan guna mengukur tingkat mutu pendidikan.ap sehingga beberapa solusi muncul dari berbagai pihak mulai dari UN online, menggunakan rumus hitung baru, UN online dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Mujib & Mudzakir, , (2008) Ilmu Pendidikan Islam,. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Arikunto, S. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Keluarga

Keluarga
Jejak Ora Normal

keluarga

keluarga
Je Ow En