lagu

ikut

Monday, December 28, 2015

Hadist hubungan antar pemeluk agama



HUBUNGAN ANTAR PEMELUK AGAMA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas UAS
Mata Kuliah : Hadits
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Nur Mahmudah






               


Disusun Oleh :
Muchamad Abdurrochman Luthfi
(1410210029)





SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH /  PBA
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia lahir sebagai makhluk individual. Individu berasal dari kata individuum artinya tak terbagi.[1] Namun manusia tidak mampu hidup sendiri. Sebab manusia pada umunya itu bergantung pada manusia lain.
Islam adalah agama yang syumuul atau lengkap .Islam sudah menyediakan seperangkat aturan dan petunjuk dalam menjalani kehidupan ini agar selamat baik di dunia maupun di akhirat. Ajaran Islam tak hanya mengatur hubungan antara seorang manusia dengan Rabb-Nya (hablum minallah), melainkan juga telah mengatur hubungan antara manusia dengan manusia yang lain (hablum minannaas). Ini merupakan suatu anugrah dan kemudahan bagi manusia.
Dalam kehidupan bermasyarakat ini, tentunya seorang muslim tidak hanya hidup di tengah sesame kaum muslimin. Di tengah-tengah kita juga ada kaum kafir yang juga hidup bersama-sama dengan kita. Maka sungguh indah ajaran Islam, karena Islam juga telah mengatur dan mengajarkan bagaimana harusnya seorang muslim dalam berdampingan dengan orang kafir.

B.     RumusanMasalah
1.      Bagaimana hubungan antar agama menurut hadits pertama ?
2.      Bagaimana hubungan antar agama menurut hadits kedua ?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hubungan Antar Agama Menurut Hadits pertama.
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَارِهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَ أَبُو يَعْلَى)
Artinya : “Dari Anas bin Malik RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Demi (Allah) yang jawaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang hamba sehingga dia mencintai tetangganya sebagaimanadia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Muslim dan Abu Ya’la).
٭SyarahHadits
Hadist ini menerangkan tentang memuliakan hak tetangga dan saudara. Pada hadist ini dinyatakan bahwa tidak beriman sesorang secara lengkap apabila tidak mencintai tetangganya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri menurut pendapat ulama’. Telah diterangkan pada hadist Nasa’I :

{ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مِنْ الْخَيْرِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ }

Artinya : “… sehingga ia mencintai saudaranya dalam kebaikan sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”.

Para ulama’ berpendapat maksud dari hadist di atas yaitu menta’ati urusan-urusan yang diperbolehkan. Ibnu sholah berpendapat tidak sempurna iman salah satu dari kalian sehingga ia mencintai saudaranya seagama dalam hal kebaikan sebagaimana iamencintai dirinya sendiri.

Tidak akan berkurang suatu pun dari dirinya ketika melakukan hal tersebut. Namun melaksanakan perintah dalam hadist tersebut sangatlah mudah bagi orang-orang yang memiliki hati yang sehat dan sangat sulit dilakukan bagi orang-orang yang memiliki penyakit hati seperti ujub, takabbur, riya, hasud dan lain sebagainya.

Tetangga yang dimaksudkan pada hadist ini adalah orang-orang yang tinggal di dekat rumah kita.Ada pula yang berpendapat bahwasanya tetangga adalah orang-orang yang jarak tempat tinggalnya berjarak empat puluh rumah dari tempat tinggalnya. Para ulama’ berbeda pendapat tentang penentuan jangkauan jarak tempat tinggal.

Mencintai diri sendiri tidaklah cukup untuk menggambarkan kualitas keimanan seseorang, melainkan juga harus dibuktikan dengan mencintai semua tetangganya. Kata “tetangga” dalam teks hadis ini cakupannya bersifat umum, yakni tetangga sesama Muslim atau tetangga non Muslim.
Sebagaimana diketahui, Rasulullah SAW tidak hanya bertetangga dengan Muslim namun beliau juga bertetangga dengan non Muslim. Di sekitar Madinah kala itu ada orang Yahudi, Nasrani, dan lainnya. Mereka sama-sama mempunyai hak untuk dicintai. Dalam riwayat lain, mereka juga punya hak untuk mendapatkan kedamaian.
B.     Hubungan Antar Agama Menurut Hadits Yang Kedua
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مَعْبَدٍ قَالَ : ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ الْمُقْرِي قَالَ ثنا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْح قَالَ : ثنا شُرَحْبِيلُ بْنُ شَرِيكٍ الْمَعَافِرِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ { خَيْرُ الْأَصْحَابِ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ وَخَيْرُ الْجِيرَانِ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ } حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي دَاوُد قَالَ : ثنا سَعِيدُ بْنُ سُلَيْمَانَ الْوَاسِطِيُّ قَالَ : ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ قَالَ : ثنا حَيْوَةُ ثُمَّ ذَكَرَ بِإِسْنَادِهِ مِثْلَهُ .
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Ali bin Ma’bad dia berkata : menceritakan kepada kami Abdullah bin yazid Al muqri dia berkata : menceritakan kepada kami chaiwah bin syuraih dia berkata : menceritakan kepada kami syurahbiil bin syarik Al mu’afiriyyu bahwasannya dia mendengar Abu Abdirrohman Al hubli menceritakan dari Abdullah bin Amrin bin ‘Ash radhiya Allahu ‘anhuma sesungguhnya rosulullah SAW bersabda : “Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah yang paling baik di antara mereka terhadap sesama saudaranya. Dan, sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang paling baik di antara mereka terhadap tetangganya.”Menceritakan kepada kami ibnu Abi Dawud dia berkata :menceritakan kepada kami Sa’id bin Sulaiman Al wasithi dia berkata : menceritakan kepada kami Abdullah bin Al mubarok dia berkata : menceritakan kepada kami haiwah kemudian menyebutkan dengan sanadnya hal yang sama.

٭Syarah Hadits
Kita dapat mentela’ah dari hadist ini bahwa rasulullah menggambarkan tentang bagaimanasahabat dan tetangga yang baik. Berbuat baik kepada teman dan tetangga merupakan salah satu pemenuhan hak-hak orang lain, sehingga apabila kita melakukannya maka kita melakukan kewajiban kita sebagai tetangga atau teman. Berbuat baik tidak dibatasi pada sesam aumat islam saja tetapi semua makhluk yang ada di bumi. Dan barang siapa yang berpegang teguh pada perintah Allah dalam memuliakan tetangganya melebihi dia memuliakan dirinya sendiri maka dia telah menjadi sebaik-baiknya teman dan tetangga yang dimaksudkan oleh nabi pada hadist diatas. Kepada Allah lah kita berharap taufiqNya.

Pada teks hadits di atas tampak jelas bahwa sebaik-baik insan Muslim adalah dia yang terbaik mu’amalah (hubungan sosialnya) dengan semua tetangganya, baik tetangga Muslim maupun non Muslim. Mereka semua harus mendapatkan sentuhan kasih sayang dan kedamaian.
Itulah sebabnya, sejarah membuktikan bahwa banyak unsur masyarakat yang berdampingan secara damai dengan Rasulullah, sebelum Madinah dinyatakan sebagai tanah haram (yang tidak boleh dihuni kecuali oleh Muslim). Rasulullah SAW kala itu bahkan bertetangga dengan orang Yahudi, Nasrani, dan lain-lain secara damai.







BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hadits Pertama: Mencintai diri sendiri tidaklah cukup untuk menggambarkan kualitas keimanan seseorang, melainkan juga harus dibuktikan dengan mencintai semua tetangganya.  Kata “tetangga” teks ini cakupannya bersifat umum, yakni tetangga sesama Muslim atau tetangga non Muslim. Kembali kesejarah, kita dapat melihat bahwa Rasulullah SAW  tidak hanya bertetangga dengan Muslim namun beliau juga bertetangga dengan non Muslim. Di sekitar Madinah kala itu banyak dari mereka orang Yahudi, Nasrani, dan lainnya.

Hadits Kedua : Seorang Muslim yang baik adalah dia yang terbaik mu’amalah (hubungan sosialnya) dengan semua tetangganya, baik tetangga Muslim maupun non Muslim. Mereka semua harus mendapatkan sentuhan kasih sayang dan kedamaian.
Sejarahmembuktikanbahwabanyakunsurmasyarakat yang berdampingansecaradamaidenganRasulullah, sebelumMadinahdinyatakansebagaitanah haram (yang tidakbolehdihunikecualioleh Muslim).Rasulullah SAW kalaitubahkanbertetanggadengan orang Yahudi, Nasrani, dan lain-lain secaradamai.
DaftarPustaka
Herimanto, Winarno. IlmuSosial&BudayaDasar.BumiAksara. Jakarta. 2013.
Syekh Ahmad ibn ‘aliibnhajar.KitabSubulus Salaam.
Abu Ja’far Ahmad ibn Muhammad ibnSalaamahIbnsalamahAth - thohawiyyu Al-Azdiyyu.KitabMusykil Al-Aatsaar.



[1] Herimanto, Winarno. Ilmu Sosial & Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 20013).hal.41

0 comments:

Post a Comment

Keluarga

Keluarga
Jejak Ora Normal

keluarga

keluarga
Je Ow En