lagu

ikut

Monday, June 13, 2016

SEMANTIK : RELASI MAKNA





SEMANTIK : RELASI MAKNA

Makalah

Di susun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Linguistik

Dosen Pengampu: 











Di susun oleh:

PBA- A

1.      Shelly Deviana                     (1410210009)

2.      Nafisul A’in                         (1410210014)

3.      Nunung Afnikha                  (1410210023)








 

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

JURUSAN TARBIYAH / PBA

2015/2016




تجريد

          الغة هي النظام الاتصالي الذي كان مهما للإنسان. هي وسيلة الاتصال الفعّلي الذي يستخدمها الإنسان اتصالا بين الافرد لتعبير أغراضهم. في اللغة , معنى الكلمة تتعلق تعلقا وثيقا. هذا التعلق يسمى بصلة المعنى. وصلة المعنى هي علاقة المعنى التي كانت في اللغة الواحدة باللغة الاخرى.

صلة المعنى يمكن لها با لموجودة المتنوعة, منها : المرادفات, المتضات , (polisemi) هو التي لديها أكثر من معنى واحد,  (hiponomi)هو علاقة شكل معنى الكلام المشمول في كلمة الأخرى  (homonimi), هوشكل وحد الخطاب الذي يحدث أن يكون نفسها ولكن مختلفة في المعني (ambiguti) هو حدوث خلافات بسبب المعاني النحوية المختلفة(redudansi), هو إسراف في استخدام الكلمة


























BAB I

PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang

Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Bahasa merupakan media komunikasi yang paling efektif yang dipergunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Bahasa yang digunakan dalam berinteraksi pada keseharian kita sangat bervariasi bentuknya, baik dilihat dari fungsi maupun bentuknya. Tataran penggunaan bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat dalam berinteraksi tentunya tidak lepas dari penggunaan kata atau kalimat yang bermuara pada makna, yang merupakan ruang lingkup dari semantik.

Dalam suatu bahasa, makna kata saling berhubungan, hubungan ini disebut Relasi makna. Hubungan atau relasi makna ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonimi) kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redundansi), dan sebagainya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang relasi makna dan yang berhubungan dengannya.



B.     Rumusan Masalah

1.         Apa pengertian relasi makna ?

2.         Apa saja macam- macam relasi makna?












BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian relasi makna

Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya. Satuan bahasa di sini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat. Relasi semantik dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna, ketercakupan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan makna.[1]

B.     Macam- macam relasi makna

1.      Sinonim

sinonim (at-taraaduf) secara harfiah, masdar atau bentuk dasar dari taraaduf yang menunjukan pada suatu ujaran tanpa keterkaitannya dengan waktu. Secara istilah sinonim sebagai berikut:

الترادف فى اصطلاح القدماء كما يعرفه الإمام الرازى: هو الألفاظ المفردة الدالة على شيء احد باعتبار واحد.

Sinonim secara istilah, sebagaimana diketahui oleh imam ar-Raazi, ialah lafadz-lafadz mufrod (tunggal) yang menunjukan pada makna satu dengan satu acuan maknaز۲

Dua ujaran baik ujaran dalam bentuk morferm terikat, kata frase, atau kalimat yang menunjukan kesamaan makna disebut sinonim atau bersinonim.[2] Sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Misalnya, antara kata betul dengan kata benar, dan antara kalimat dika menendang bola dengan bola ditendang dika. contoh dalam bahasa Inggris, antara kata fall dengan kata autumn.

Dua buah ujaran yang bersinonim maknanya tidak akan persis sama. Ketidaksamaan itu terjadi karena berbagai faktor, diantaranya:

a.       Faktor waktu. Umpamanya kata hulubalang yang bersifat klasik dengan kata komandan yang tidak cocok untuk konteks klasik.

b.       Faktor tempat atau wilayah. Misalnya kata saya yang bisa digunakan di mana saja, sedangkan beta hanya cocok digunakan untuk wilayah Indonesia bagian timur.

c.       Faktor keformalan. Misalnya kata uang dan duit adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun, kata uang dapat digunakan dalam ragam formal dan tak formal, sedangkan kata duit hanya cocok untuk ragam tak formal.

d.      Faktor sosial. Umpamanya kata saya yang dapat digunakan oleh siapa saja dan kepada siapa saja, sedangkan kata aku hanya digunakan terhadap orang yang sebaya, yang dianggap akrab, atau kepada yang lebih muda atau lebih rendah kedudukan sosialnya.

e.       Faktor bidang kegiatan. Misalnya, kata matahari yang biasa digunakan dalam kegiatan apa saja, sedangkan kata surya hanya cocok digunakan pada ragam khusus terutama sastra.

f.       Faktor nuansa makna. Misalnya kata-kata melihat, melirik, menonton, meninjau yang masing-masing memiliki makna yang tidak sama.[3]

Kemunculan sinonimi ada yang dilakukan dengan sengaja dan tidak sengaja pada satu pihak, adapun penyebab munculnya sinonimi antara lain:[4]

a.       Sinonimi muncul antara kata asli dan kata serapan

b.      Sinonimi muncul antara bahasa umum dan dialek

c.       Sinonimi muncul untuk membedakan kata umum dan kata ilmiah

d.      Sinonimi muncul antara bahasa kekanak-kanakan dan bahasa orang dewasa

e.       Sinonimi muncul untuk kerahasiaan

f.       Sinonimi muncul karena kolokasi

2.      Antonim

Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain. Misalnya, kata buruk berantonim dengan kata baik; kata mati berantonim dengan kata hidup; kata guru berantonim dengan kata murid; dan kata membeli berantonim dengan kata menjual.

Antonimi dapat dibedakan atas beberapa jenis, antara lain:

a.       Antonimi yang bersifat mutlak.

Contoh:           Hidup >< mati

 Diam >< bergerak

b.      Antonimi yang bersifat relatif atau bergradasi

Contoh:           besar >< kecil

                                                Jauh >< dekat

                                                Gelap >< terang        

c.       Antonimi yang bersifat relasional

Contoh :          Membeli >< menjual

                        Suami >< istri

                        Guru >< murid

d.      Antonimi yang bersifat hierarkial

Contoh:           tamtama >< bantara

                        Gram >< kilogram[5]

3.      Polisemi

Polisemi adalah sebuah kata atau satuan ujaran yang mempunyai makna lebih dari satu. Contoh: makna kata kepala yang setidaknya mempunyai makna bagian tubuh manusia, ketua atau pemimpin, sesuatu yang berada disebelah atas dan sebagainya.

Adapun penyebab munculnya polisemi antara lain:[6]

a.       Pergeseran penggunaan

Kata mempunyai segi yang berbeda- beda sesuai dengan konteks tempat kata itu digunakan.

b.      Spesialisasi dalam lingkungan sosial

Michel Breal mengemukakan bahwa dalam setiap situasi, lingkungan dagang dan profesi, ada suatu gagasan tertentu yang selalu hadir dalam benak seseorang, sehingga tampak tidak perlu lagi dinyatakan jika orang itu sedang bertutur. Contoh: bagi seorang dokter kata operasi menghadirkan dalam benaknya hal- hal seperti penyakit, ruang, pisau bedah, menjahit kulit atau daging, dsb.

c.       Bahasa figuratif (kiasan)

Sebuah kata dapat diberi dua atau lebih pengertian yang bersifat figuratif tanpa menghilangkan makna orisinalnya. Makna yang lama dan makna yang baru tetap hidup berdampingan sepanjang tidak ada kakacauan makna. Contoh: kata mata yang dapat dipakai untuk lingkup yang sangat luas di samping acuannya pada organ tubuh.

d.      Homonim- homonim yang diinterpretasikan kembali

Polisemi bisa muncul melalui bentuk khusus etimologi populer itu. Jika dua buah kata mempunyai bunyi yang identik dan perbedaan maknanya tidak begitu besar, maka cenderung memandangnya sebagai dua kata dengan dua pengertian.

e.       Pengaruh asing

Salah satu cara masuknya pengaruh asing kedalam suatu bahasa adalah dengan mengubah makna yang ada dalam suatu kata asli.contoh: kata parlement dalam bahasa Prancis semula berarti “berbicara” kemudian kata itu menjadi mempunyai arti “dewan yudisial” karena pengaruh kata Inggris parliament yang berarti “dewan atau badan legislatif”.

4.      Homonimi

Kehomonian adalah hubungan diantara dua kata (atau lebih), sedemikian rupa sehingga bentuknya sama dan maknanya berbeda.[7] Homonimi adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya kebetulan sama namun maknanya berbeda karena masing- masing merupakan kata bentuk ujaran yang berlainan. Dalam kasus homonimi ada dua istilah lain yaitu  homofini dan homografi. Yang dimaksud dengan homofini adalah adanya kesamaan bunyi antara dua satuan ujaran, tanpa memperhatikan ejaanya, apakah ejaannya sama ataukah berbeda. Contoh: kata bisa yang berarti racun ular dan kata bisa yang berarti sanggup. Sedangkan homografi mengacu pada bentuk ujaran yang sama ortografinya atau ejaannya, tetapi ucapan dan maknanya tidak sama. Contoh: kata memerah yang berarti melakukan perah dan kata memerah yang artinya menjadi merah.[8]

Ada tiga cara homonimi terjadi, antara lain:[9]

a.       Konvergensi fonetis

Timbulnya homonimi yang paling umum adalah lewat konvergensi (pemusatan, perpaduan) fonetis (bunyi). Karena pengaruh bunyi maka dua atau tiga kata yang semula berbeda bentuknya, lalu menjadi sama bunyiny dalam bahasalisan atau kadang- kadang sampai ketulisannya.

b.      Divergensi makna

Perkembangan makna yang “ menyebar” (divergen) juga menimbulkan homonimi. Jika dua buah makna atau lebih (polisemi) dari sebuah kata berkembang kearah yang berbeda, maka tidak akan jelas lagi hubungan antara makna-makna itu, dan kesatuan kata itu menjadi rusak.

c.       Pengaruh asing

Banyaknya bahasa asing yang masuk ke dalam suatu bahasa sangat mungkin menimbulkan homonimi dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa lain.

5.      Hiponimi

Hiponimi adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna ujaran yang lain.[10] Hubungan kehiponiman dalam pasangan kata adalah hubungan antara yang lebih kecil dan yang lebih besar.[11] Contoh: kata merpati dan kata burung, makna kata merpati tercakup dalam makna kata burung, merpati adalah burung tetapi burung bukan hanya merpati.

Relasi hiponimi bersifat searah, bukan dua arah, sebab kalau merpati berhiponim dengan burung, maka burung bukan berhiponim dengan merpati, melainkan berhipernim.dengan kata lain, kalau merpati adalah hiponim dari burung, maka burung adalah hipernim dari merpati.

6.      Ambiguiti atau ketaksaan

Ambiguiti atau ketaksaan adalah gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda. Tafsiran gramatikal yang berbeda ini umumnya terjadi pada bahasa tulis, karena dalam bahasa tulis unsur suprasegmental tidak dapat digambarkan dengan akurat. Misanya: bentuk buku sejarah baru dapat ditafsirkan maknanya menjadi “buku sejarah itu baru terbit” atau buku itu memuat sejarah zaman baru.[12]

7.      Redundasi

Istilah redundasi biasanya diartikan sebagai berlebih- lebihannya penggunaan unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran. Contoh: kalimat bola itu ditendang oleh Dika tidak akan berbeda maknanya bila dikatakan bola itu ditendang Dika. Jadi, tanpa menggunakan preposisi oleh. Penggunaan kata oleh inilah yang dianggap redundas, berlebih- lebihan.[13]







































BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :

Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya. Adapun macam- macam relasi makna, antara lain:

1.      Sinonim

Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Faktor yang mempengaruhi sinonim, diantaranya: Faktor waktu, faktor tempat atau wilayah, faktor keformalan, faktor sosial, faktor bidang kegiatan, faktor nuansa makna.

2.      Antonim

Antonim atau antonimi adalah hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain. Antonimi dapat dibedakan atas beberapa jenis, antara lain: Antonimi yang bersifat mutlak, antonimi yang bersifat relatif atau bergradasi, antonimi yang bersifat relasional dan antonimi yang bersifat hierarkial.

3.      Polisemi

Polisemi adalah sebuah kata atau satuan ujaran yang mempunyai makna lebih dari satu. Adapun penyebab munculnya polisemi antara lain:  Pergeseran penggunaan, spesialisasi dalam lingkungan sosial, bahasa figuratif (kiasan), homonim- homonim yang diinterpretasikan kembali, dan pengaruh asing.

4.       Homonimi

Homonimi adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya kebetulan sama namun maknanya berbeda karena masing- masing merupakan kata bentuk ujaran yang berlainan. Adapun cara homonimi terjadi diantaranya:  konvergensi fonetis, divergensi makna, dan pengaruh asing.

5.      Hiponimi

Hiponimi adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna ujaran yang lain

6.      Ambiguiti atau ketaksaan

Ambiguiti atau ketaksaan adalah gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda.

7.      Redundasi

Redundasi diartikan sebagai berlebih- lebihannya penggunaan unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran.

B.     Saran

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar dalam penyampaian makalah selanjutnya semakin lebih baik. Semoga makalah ini dapat menambah wacana keilmuan dan memberi manfaaat bagi kita semua baik didunia maupun di akhirat. Amin.


























DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Parera. 2004. Teori Semantik Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga

Ullmann, Stephen . 2007. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelahar

Verhaar. 2010. Asas- Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gagjah Mada University Press







[1] Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), cet. 4,  hlm. 297

۲ فريد عوض حيدر, علم الدلالة دلالة نظرية و تطبيقية ( مكتبة الأداب,2005 ) الصفحة 118-119

[2] Parera, Teori Semantik Edisi Kedua, (Jakarta: Erlangga. 2004), hlm. 61

[3] Abdul Chaer, Op.cit, hlm. 297-298

[4] Parera, Op.cit, hlm. 65- 67

[5] Parera, Op.cit, hlm. 299-300

[6] Stephen Ullmann, Pengantar Semantik, (Yogyakarta: Pustaka Pelahar,2007), hlm. 202-210

[7] Verhaar, Asas- Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gagjah Mada University Press, 2010), cet.7, hlm396.

[8] Abdul Chaer, Log.cit, hlm. 302- 303

[9] Stephen Ullmann, Log.Cit, hlm. 223- 229

[10] Abdul Chaer, Log.cit. hlm.305.

[11] Verhaar, Log. Cit, hlm. 396

[12] Abdul Chaer, Op.cit, hlm. 307


[13] Ibid, hlm. 310

0 comments:

Post a Comment

Keluarga

Keluarga
Jejak Ora Normal

keluarga

keluarga
Je Ow En