SEMANTIK : RELASI MAKNA
Makalah
Di susun
untuk memenuhi tugas
Mata
Kuliah: Linguistik
Dosen
Pengampu:
Di susun
oleh:
PBA- A
1. Shelly Deviana (1410210009)
2. Nafisul A’in (1410210014)
3. Nunung Afnikha (1410210023)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH / PBA
2015/2016
تجريد
الغة هي النظام الاتصالي الذي كان مهما
للإنسان. هي وسيلة الاتصال الفعّلي الذي يستخدمها الإنسان اتصالا بين الافرد
لتعبير أغراضهم. في اللغة , معنى الكلمة تتعلق تعلقا وثيقا. هذا التعلق يسمى بصلة
المعنى. وصلة المعنى هي علاقة المعنى التي كانت في اللغة الواحدة باللغة الاخرى.
صلة المعنى يمكن لها با لموجودة
المتنوعة, منها : المرادفات, المتضات , (polisemi) هو التي لديها أكثر من معنى واحد, (hiponomi)هو علاقة شكل معنى الكلام المشمول
في كلمة الأخرى (homonimi), هوشكل وحد الخطاب الذي يحدث أن يكون نفسها ولكن مختلفة في المعني (ambiguti) هو حدوث خلافات
بسبب المعاني النحوية المختلفة(redudansi),
هو إسراف في استخدام الكلمة
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa merupakan sistem
komunikasi yang amat penting bagi manusia. Bahasa merupakan media komunikasi yang
paling efektif yang dipergunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan
individu lainnya. Bahasa yang digunakan dalam berinteraksi pada keseharian kita
sangat bervariasi bentuknya, baik dilihat dari fungsi maupun bentuknya. Tataran
penggunaan bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat dalam berinteraksi tentunya
tidak lepas dari penggunaan kata atau kalimat yang bermuara pada makna, yang
merupakan ruang lingkup dari semantik.
Dalam suatu bahasa, makna kata
saling berhubungan, hubungan ini disebut Relasi makna. Hubungan atau relasi makna ini mungkin menyangkut hal kesamaan makna
(sinonimi), kebalikan makna (antonimi) kegandaan makna (polisemi dan
ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi),
kelebihan makna (redundansi), dan sebagainya. Oleh karena itu dalam makalah
ini akan dibahas lebih lanjut tentang relasi makna dan yang berhubungan
dengannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian relasi makna ?
2.
Apa saja macam- macam relasi
makna?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian relasi makna
Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa
yang satu dengan bahasa yang lainnya. Satuan bahasa di sini dapat berupa kata,
frase, maupun kalimat. Relasi semantik dapat menyatakan kesamaan makna,
pertentangan makna, ketercakupan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan
makna.[1]
B.
Macam- macam relasi makna
1.
Sinonim
sinonim (at-taraaduf) secara harfiah, masdar atau bentuk
dasar dari taraaduf yang menunjukan pada suatu ujaran tanpa
keterkaitannya dengan waktu. Secara istilah sinonim sebagai berikut:
الترادف فى اصطلاح القدماء كما يعرفه الإمام الرازى: هو
الألفاظ المفردة الدالة على شيء احد باعتبار واحد.
Sinonim secara
istilah, sebagaimana diketahui oleh imam ar-Raazi, ialah lafadz-lafadz mufrod
(tunggal) yang menunjukan pada makna satu dengan satu acuan maknaز۲
Dua ujaran baik ujaran dalam
bentuk morferm terikat, kata frase, atau kalimat yang menunjukan kesamaan makna
disebut sinonim atau bersinonim.[2] Sinonim
atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara
satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Misalnya, antara kata betul
dengan kata benar, dan antara kalimat dika menendang bola dengan bola
ditendang dika. contoh dalam bahasa Inggris, antara kata fall dengan
kata autumn.
Dua buah ujaran yang bersinonim
maknanya tidak akan persis sama. Ketidaksamaan itu terjadi karena berbagai
faktor, diantaranya:
a.
Faktor waktu. Umpamanya kata hulubalang
yang bersifat klasik dengan kata komandan
yang tidak cocok untuk konteks klasik.
b.
Faktor tempat atau wilayah. Misalnya
kata saya yang bisa digunakan di mana
saja, sedangkan beta hanya cocok
digunakan untuk wilayah Indonesia bagian timur.
c.
Faktor keformalan. Misalnya kata uang dan duit adalah dua
buah kata yang bersinonim. Namun, kata uang dapat digunakan dalam ragam
formal dan tak formal, sedangkan kata duit hanya cocok untuk ragam tak
formal.
d.
Faktor sosial. Umpamanya kata saya
yang dapat digunakan oleh siapa saja dan kepada siapa saja, sedangkan kata aku hanya digunakan terhadap orang yang
sebaya, yang dianggap akrab, atau kepada yang lebih muda atau lebih rendah
kedudukan sosialnya.
e.
Faktor bidang kegiatan. Misalnya, kata matahari
yang biasa digunakan dalam kegiatan apa saja, sedangkan kata surya hanya cocok digunakan pada ragam
khusus terutama sastra.
f.
Faktor nuansa makna. Misalnya kata-kata melihat,
melirik, menonton, meninjau yang masing-masing memiliki makna yang tidak
sama.[3]
Kemunculan sinonimi ada yang
dilakukan dengan sengaja dan tidak sengaja pada satu pihak, adapun penyebab
munculnya sinonimi antara lain:[4]
a.
Sinonimi muncul antara kata
asli dan kata serapan
b.
Sinonimi muncul antara bahasa
umum dan dialek
c.
Sinonimi muncul untuk
membedakan kata umum dan kata ilmiah
d.
Sinonimi muncul antara bahasa
kekanak-kanakan dan bahasa orang dewasa
e.
Sinonimi muncul untuk kerahasiaan
f.
Sinonimi muncul karena kolokasi
2.
Antonim
Antonim atau antonimi adalah
hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan
kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain.
Misalnya, kata buruk berantonim dengan kata baik; kata mati
berantonim dengan kata hidup; kata guru berantonim dengan kata murid;
dan kata membeli berantonim dengan kata menjual.
Antonimi dapat dibedakan atas beberapa jenis, antara
lain:
a.
Antonimi yang bersifat mutlak.
Contoh: Hidup
>< mati
Diam >< bergerak
b.
Antonimi yang bersifat relatif
atau bergradasi
Contoh: besar
>< kecil
Jauh
>< dekat
Gelap
>< terang
c.
Antonimi yang bersifat
relasional
Contoh : Membeli
>< menjual
Suami
>< istri
Guru
>< murid
d.
Antonimi yang bersifat hierarkial
Contoh: tamtama
>< bantara
Gram
>< kilogram[5]
3.
Polisemi
Polisemi adalah sebuah kata
atau satuan ujaran yang mempunyai makna lebih dari satu. Contoh: makna kata kepala
yang setidaknya mempunyai makna bagian tubuh manusia, ketua atau pemimpin,
sesuatu yang berada disebelah atas dan sebagainya.
Adapun penyebab munculnya polisemi antara lain:[6]
a.
Pergeseran penggunaan
Kata mempunyai segi yang berbeda- beda sesuai dengan
konteks tempat kata itu digunakan.
b.
Spesialisasi dalam lingkungan
sosial
Michel Breal mengemukakan bahwa dalam setiap
situasi, lingkungan dagang dan profesi, ada suatu gagasan tertentu yang selalu
hadir dalam benak seseorang, sehingga tampak tidak perlu lagi dinyatakan jika
orang itu sedang bertutur. Contoh: bagi seorang dokter kata operasi
menghadirkan dalam benaknya hal- hal seperti penyakit, ruang, pisau bedah,
menjahit kulit atau daging, dsb.
c.
Bahasa figuratif (kiasan)
Sebuah kata dapat diberi dua atau lebih pengertian
yang bersifat figuratif tanpa menghilangkan makna orisinalnya. Makna yang lama
dan makna yang baru tetap hidup berdampingan sepanjang tidak ada kakacauan
makna. Contoh: kata mata yang dapat dipakai untuk lingkup yang sangat
luas di samping acuannya pada organ tubuh.
d.
Homonim- homonim yang
diinterpretasikan kembali
Polisemi bisa muncul melalui bentuk khusus etimologi
populer itu. Jika dua buah kata mempunyai bunyi yang identik dan perbedaan
maknanya tidak begitu besar, maka cenderung memandangnya sebagai dua kata
dengan dua pengertian.
e.
Pengaruh asing
Salah satu cara masuknya pengaruh asing kedalam
suatu bahasa adalah dengan mengubah makna yang ada dalam suatu kata
asli.contoh: kata parlement dalam bahasa Prancis semula berarti
“berbicara” kemudian kata itu menjadi mempunyai arti “dewan yudisial” karena
pengaruh kata Inggris parliament yang berarti “dewan atau badan
legislatif”.
4.
Homonimi
Kehomonian adalah hubungan
diantara dua kata (atau lebih), sedemikian rupa sehingga bentuknya sama dan
maknanya berbeda.[7]
Homonimi adalah dua buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya kebetulan sama
namun maknanya berbeda karena masing- masing merupakan kata bentuk ujaran yang
berlainan. Dalam kasus homonimi ada dua istilah lain yaitu homofini dan homografi. Yang dimaksud dengan
homofini adalah adanya kesamaan bunyi antara dua satuan ujaran, tanpa memperhatikan
ejaanya, apakah ejaannya sama ataukah berbeda. Contoh: kata bisa yang
berarti racun ular dan kata bisa yang berarti sanggup.
Sedangkan homografi mengacu pada bentuk ujaran yang sama ortografinya atau
ejaannya, tetapi ucapan dan maknanya tidak sama. Contoh: kata memerah yang
berarti melakukan perah dan kata memerah yang artinya menjadi
merah.[8]
Ada tiga cara homonimi terjadi, antara lain:[9]
a.
Konvergensi fonetis
Timbulnya homonimi yang paling umum adalah lewat
konvergensi (pemusatan, perpaduan) fonetis (bunyi). Karena pengaruh
bunyi maka dua atau tiga kata yang semula berbeda bentuknya, lalu menjadi sama
bunyiny dalam bahasalisan atau kadang- kadang sampai ketulisannya.
b.
Divergensi makna
Perkembangan makna yang “ menyebar” (divergen)
juga menimbulkan homonimi. Jika dua buah makna atau lebih (polisemi)
dari sebuah kata berkembang kearah yang berbeda, maka tidak akan jelas lagi
hubungan antara makna-makna itu, dan kesatuan kata itu menjadi rusak.
c.
Pengaruh asing
Banyaknya bahasa asing yang masuk ke dalam suatu
bahasa sangat mungkin menimbulkan homonimi dalam bahasa Inggris dan
bahasa-bahasa lain.
5.
Hiponimi
Hiponimi adalah hubungan
semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna ujaran
yang lain.[10]
Hubungan kehiponiman dalam pasangan kata adalah hubungan antara yang lebih
kecil dan yang lebih besar.[11] Contoh:
kata merpati dan kata burung, makna kata merpati tercakup
dalam makna kata burung, merpati adalah burung tetapi
burung bukan hanya merpati.
Relasi hiponimi bersifat searah, bukan dua arah,
sebab kalau merpati berhiponim dengan burung, maka burung bukan berhiponim
dengan merpati, melainkan berhipernim.dengan kata lain, kalau merpati
adalah hiponim dari burung, maka burung adalah hipernim dari merpati.
6.
Ambiguiti atau ketaksaan
Ambiguiti atau ketaksaan adalah gejala dapat
terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda. Tafsiran
gramatikal yang berbeda ini umumnya terjadi pada bahasa tulis, karena dalam
bahasa tulis unsur suprasegmental tidak dapat digambarkan dengan akurat.
Misanya: bentuk buku sejarah baru dapat ditafsirkan maknanya menjadi
“buku sejarah itu baru terbit” atau buku itu memuat sejarah zaman baru.[12]
7.
Redundasi
Istilah redundasi biasanya diartikan sebagai
berlebih- lebihannya penggunaan unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran.
Contoh: kalimat bola itu ditendang oleh Dika tidak akan berbeda maknanya
bila dikatakan bola itu ditendang Dika. Jadi, tanpa menggunakan
preposisi oleh. Penggunaan kata oleh inilah yang dianggap
redundas, berlebih- lebihan.[13]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa :
Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa
yang satu dengan bahasa yang lainnya. Adapun macam- macam relasi makna, antara
lain:
1.
Sinonim
Sinonim adalah hubungan
semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan
satuan ujaran lainnya. Faktor yang mempengaruhi sinonim, diantaranya: Faktor waktu, faktor tempat atau wilayah, faktor keformalan, faktor sosial, faktor bidang kegiatan, faktor nuansa
makna.
2.
Antonim
Antonim atau antonimi adalah
hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan
kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain. Antonimi
dapat dibedakan atas beberapa jenis, antara lain: Antonimi yang bersifat mutlak,
antonimi yang bersifat relatif atau bergradasi, antonimi yang bersifat
relasional dan antonimi yang bersifat hierarkial.
3.
Polisemi
Polisemi adalah sebuah kata
atau satuan ujaran yang mempunyai makna lebih dari satu. Adapun penyebab
munculnya polisemi antara lain: Pergeseran
penggunaan, spesialisasi dalam lingkungan sosial, bahasa figuratif (kiasan), homonim-
homonim yang diinterpretasikan kembali, dan pengaruh asing.
4.
Homonimi
Homonimi adalah dua buah kata
atau satuan ujaran yang bentuknya kebetulan sama namun maknanya berbeda karena
masing- masing merupakan kata bentuk ujaran yang berlainan. Adapun cara
homonimi terjadi diantaranya: konvergensi
fonetis, divergensi makna, dan pengaruh asing.
5.
Hiponimi
Hiponimi adalah hubungan
semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna ujaran
yang lain
6.
Ambiguiti atau ketaksaan
Ambiguiti atau ketaksaan adalah
gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang
berbeda.
7.
Redundasi
Redundasi diartikan sebagai
berlebih- lebihannya penggunaan unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran.
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar dalam penyampaian makalah
selanjutnya semakin lebih baik. Semoga makalah ini dapat menambah wacana
keilmuan dan memberi manfaaat bagi kita semua baik didunia maupun di akhirat.
Amin.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka Cipta
Parera. 2004. Teori Semantik Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga
Ullmann, Stephen . 2007. Pengantar Semantik.
Yogyakarta: Pustaka Pelahar
Verhaar. 2010. Asas- Asas Linguistik Umum. Yogyakarta:
Gagjah Mada University Press
[1] Abdul Chaer,
Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), cet. 4, hlm. 297
۲
فريد
عوض حيدر, علم الدلالة دلالة نظرية و تطبيقية ( مكتبة الأداب,2005 ) الصفحة
118-119
[2] Parera, Teori
Semantik Edisi Kedua, (Jakarta: Erlangga. 2004), hlm. 61
[3] Abdul Chaer,
Op.cit, hlm. 297-298
[4] Parera, Op.cit,
hlm. 65- 67
[5] Parera, Op.cit,
hlm. 299-300
[6] Stephen
Ullmann, Pengantar Semantik, (Yogyakarta: Pustaka Pelahar,2007), hlm. 202-210
[7] Verhaar, Asas-
Asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gagjah Mada University Press, 2010),
cet.7, hlm396.
[8] Abdul Chaer,
Log.cit, hlm. 302- 303
[9] Stephen
Ullmann, Log.Cit, hlm. 223- 229
[10] Abdul Chaer,
Log.cit. hlm.305.
[11] Verhaar,
Log. Cit, hlm. 396
[12] Abdul Chaer,
Op.cit, hlm. 307
0 comments:
Post a Comment