lagu

ikut

Sunday, June 12, 2016

TATARAN LINGUISTIK : SINTAKSIS I




MAKALAH

TATARAN LINGUISTIK : SINTAKSIS I



Guna Memenuhi Tugas

Mata kuliah : Linguistik

Dosen Pengampu :







Oleh :

Shinta Fauziyyah                  1410210015

Ayyun Rofiqotul Ulya           1410210016



 




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

JURUSAN TARBIYAH/PENDIDIKAN BAHASA ARAB

TAHUN 2015/2016




تجريد



علم النحو هو احدى العلم الذي يبحث في علم اللغة. علم النحو يبحث عن تعلق الكلمة بكلمة أخرى ويستمل عن وظفتها وانوائه وادوارها واولها التي يتكون بها

ويبحث عن التركيب والحمله والكلام. التركيب هو يقصد به محموعة من العنامر ترتبط ببعضها وتصلح لأن تشغل وظيفة في الجمله اي تساوى نحو كلمة مفردة, فيسدل بمجموع عنا صرها إسما ااو فعلا والجملة هو يتكون من مسند ومسند إليه. والكلام هو الجملة المغيدة نمعنى تاما مكتفيا بنفسه.












































BAB I

PENDAHULUAN



1.        Latarbelakang Masalah

Bahasa merupakan sistem dan mencakup sejumlah sub-sistem. Sejumlah sub-sistem bahasa inilah yang dengan tataran kebahasaan. Disebut tataran kebahasaan lantaran kebahasaan karena sub-sistem bahasa itu berlapis-lapis atau bertataran. Maksudnya, sub-sistem pertama merupakan lapis atau tataran terendah atau terkecil, sub-sistem kedua merupakan tataran yang lebih besar, dan seterusnya. Dapat dikatakan pula, bahwa tataran yang lebih besar mengandung sejumlah unsur dari tataran di bawahnya.[1]

Suparno (1995) mengemukakan empat tataran kebahasaan, yaitu fonetik, fonologi, morfologi, dan sintaksis. Yang mana dalam makalah ini akan membahas mengenai sintaksis yang merupakan bagian tatabahasa yang mengkaji struktur frasa dan kalimat.



2.        Rumusan Masalah

1.         Apa pengertian sintaksis dan perbedaannya dengan morfologi?

2.         Bagaimana struktur sintaksis dalam tataran linguistik?

3.         Apa pengertian frase, klausa dan kalimat serta contoh masing-masing dalam sintaksis?


















BAB II

PEMBAHASAN



A.      Pengertian Sintaksis dan Morfologi

Tatabahasa terdiri atas morfologi dan sintaksis. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan kata tattein yang berarti ‘menempatkan’. Jadi, secara etimologi istilah itu berarti : menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.

Menurut Ramlan (1976), sintaksis adalah bagian dari tatabahasa yang mengkaji struktur frasa dan kalimat. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan Bloch dan Trager (dalam Tarigan, 1986) bahwa sintaksis adalah analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas. Dari berbagai pernyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa sintaksis mengkaji hubungan antara kata dalam suatu konstruksi.[2]

Morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji aspek kebahasaan yang berupa kata dan bagian-bagiannya. Berikut perbedaan antara Morfologi dan Sintaksis :

Aspek Perbedaan
Sintaksis
Morfologi
Objek kajian
Membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain.
Membicarakan struktur internal kata (pembentukan kata).
Satuan terkecil
Satuan terkecilnya itu kata
Satuan terkecilnya itu morfem









B.     Fu

C.     G



B.       Struktur sintaksis

Struktur sintaksis mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis serta alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu. Dalam pembicaraan struktur sintaksis pertama-tama harus dibicarakan masalah fungsi sintaksis, kategori sintaksis, dan peran sintaksis. Ketiganya tidak dapat dipisahkan. Jadi,  akan dibicarakan secara bersamaan.

a.      Fungsi, kategori, dan peran

Istilah-istilah fungsi sintaksis, yaitu subjek, predikat, objek, dan keterangan. Disana fungsi-fungsi itu dijelaskan sebagai “kotak-kotak kosong” yang kepadanya akan diisi oleh kategori-kategori yang mempunyai peran-peran tertentu, seperti pelaku, aktif, penyerta, dan sasaran.[3] Yang mana nomina, verba, ajektiva, dan numeralia merupakan peristilahan yang berkenaan dengan kategori sintaksis.

Menurut Verhaar (1978) fungsi-fungsi sintaksis itu yang terdiri dari unsur-unsur, S P O K, merupakan kotak-kotak kosong yang tidak mempunyai arti apa-apa karena kekosongannya. Tempat-tempat kosong itu akan diisi oleh sesuatu yang berupa kategori dan memiliki peranan tertentu.

Subjek
Predikat
Objek
Keterangan

       Fungsi

       Sintaksis    

       Kategori

       Sintasis

       Peran

       Sintaksis



Contoh : Nenek Melirik Kakek tadi pagi

Tempat kosong yang bernama subjek diisi oleh kata nenek yang berkategori nominal, tempat kosong yang bernama predikat diisi oleh kata melirik yang berkategori verba, tempat kosong yang bernama objek diisi oleh kata kakek yang berkategori nomina, dan tempat kosong yang bernama keterangan diisi oleh frase tadi pagi yang berkategori nomina.[4]

Struktur sintaksis tidak selalu berurutan fungsi (SPOK) dan fungsi itu tidak harus selalu muncul dalam struktur sintaksis. Alasannya :

1.         Banyak pakar menyatakan : bahwa struktur sintaksis minimal terdiri dari subjek dan predikat. Tanpa fungsi subjek dan predikat, sebuah konstruksi belum dapat disebut sebagai sebuah struktur sintaksis. Sedang objek dan keterangan boleh tidak muncul. Karena objek ditentukan oleh transitif atau tidaknya verba yang mengisi fungsi predikat dan keterangan muncul bila diperlukan.

   Contoh  : Dia Pulang (kalimat ini terdiri dari subjek dan predikat)

 Dia tinggal di Jakarta

Frase di Jakarta yang menduduki fungsi keterangan tidak dapat dihilangkan sebab konstruksi dia tinggal tidak berterima (belum dapat disebut sebagai struktur sintaksis).

2.         Menurut Chafe (1970) menyatakan bahwa yang paling penting dalam struktur sintaksis adalah fungsi predikat. Bagi Chafe predikat harus selalu berupa verba, atau kategori lain yang diverbakan. Munculnya fungsi-fungsi lain sangat tergantung pada tipe atau jenis verba itu.[5] Berikut penjelasannya :

Munculnya fungsi lain, bergantung pada tipe /jenis verba itu

Predikat
                                         


Verba Transitif

Verba Intransitif

Verba Intrasitif lokasi

Pengecualian tidak perlu objek

Perlu fungsi objek

Tidak perlu fungsi objek

Muncul fungsi keterangan yang berperan lokatif

Yakni verba yang secara semantik menyatakan kebiasaan / verba itu mengenai orang pertama tunggal atau orang banyak secara umum
 
 Contoh :

v  Rambut nenek belum memutih (Verba memutih adalah verba intransitif maka tidak perlu objek)

v  Nenek membersihkan kamar (Membersihkan adalah verba transitif, maka dibelakangnya harus ada sebuah objek)

v  Matahari terbit dari sebelah timur (Verba terbit adalah verba intransitif yang menyatakan lokasi, maka perlu adanya fungsi keterangan yang berperan lokatif di belakangnya)

v  Sekretaris itu sedang mengetik (Verba mengetik adalah verba yang menyatakan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh seorang sekertaris, dan yang biasa diketik adalah surat, sehingga tak perlu objek)

v  Pertunjukan itu sangat mengecewakan (Verba mengecewakan menyatakan bahwa pelakunya adalah orang pertama)

3.    Adapula pendapat yang menyatakan hadir tidaknya suatu fungsi sintaksis tergantung pada konteksnya. Umpamanya, dalam kalimat jawaban kalimat perintah dan kalimat seruan, maka yang muncul hanyalah fungsi yang menyatakan jawaban, perintah, atau seruan itu. Perhatikan contoh berikut :

Sudah ! (sebagai jawaban dari kalimat tanya : Kamu sudah makan?)

Baca! (perintah guru kepada seorang anak)

Hebat! (sebagai seruan pujian)

Selanjutnya mengenai kategori sintaksis, para ahli tata bahasa tradisional berpendapat bahwa fungsi subjek harus diisi oleh kategori nomina, fungsi predikat diisi oleh kategori verba, fungsi objek harus diisi oleh kategori nomina, dan fungsi keterangan harus diisi oleh kategori adverbia. Ketika tidak ada predikat dalam sebuah kalimat perlu diberi verba kopula (adalah, menjadi) yang sepadan dengan to be dalam bahasa Ingris yang  berfungsi sebagai predikat. Dan ketika subjek berupa verba maka verba itu merupakan verba yang berkategori sebagai nomina.

Contoh : Dia adalah guru (kata adalah merupakan contoh verba kopula)

Peran berkaitan dengan masalah makna gramatikal yang dimiliki oleh struktur sintaksis itu. Makna gramatikal unsur-unsur leksikal yang mengisi fungsi-fungsi sintaksis sangat bergantung pada tipe atau jenis kategori kata yang mengisi fungsi predikat dalam struktur sintaksis itu.

Contoh : Nenek menghitamkan rambutnya

Subjek nenek akan berperan sebagai ‘pelaku karena predikatnya berupa verba transitif. fungsi predikat memiliki peran’aktif’, dan objek akan berperan sebagai ‘sasaran’.

Contoh : Dia kedinginan

Subjek Dia berperan sebagai ‘yang mengalami’, fungsi perdikatnya berperan aktif.

Contoh : Dia menang lotre seratus juta rupiah (Subjek Dia memiliki peran    penerima)

b.      Alat-alat dalam Membangun Struktur Sintaksis  

Alat-alat tersebut adalah urutan kata, bentuk kata dan intonasi. Juga boleh ditambah konektor berupa konjungsi. Peran ketiga alat sintaksis itu (yaitu urutan kata, bentuk kata, dan intonasi), tidak sama antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Ada bahasa yang lebih mementingkan urutan, ada yang lebih mementingkan bentuk kata, tetapi ada juga yang mementingkan intonasi.[6]

Urutan kata ialah letak atau posisi kata yang satu dengan kata yang lain dalam suatu konstruksi sintaksis. Dalam bahasa Indonesia urutan kata itu sangat penting, karena perbedaan urutan kata mampu mengubah makna.

Namun, ada bagian-bagian lain dari kalimat bahasa Indonesia yang bisa dipindahkan urutan katanya tanpa mengubah makna gramatikal kalimat tersebut.

            Misal pada kalimat : Tadi pagi nenek melirik kakek, diubah menjadi

                                              Nenek melirik kakek tadi pagi.

Makna kedua kalimat di atas adalah sama. Meskipun urutan kata diubah. Dengan syaratfungsi predikat dan fungsi objek tidak dipisahkan seperti pada kalimat transitif aktif diatas.

Pada bahasa-bahasa berfleksi seperti bahasa latin, urutan kata itu sangat tidak penting yang mana yang memegang peran penting adalah bentuk kata. Dalam bahasa Indonesia juga penting mengenai bentuk kata. Yang mana dalam bahasa latin berperan mutlak sedang dalam bahasa Indonesia tidak.

Intonasi adalah alat sintaksis yang tidak dapat digambarkan secara akurat dan teliti dalam semua bahada tampaknya intonasi ini sangat penting juga dalam bahasa Indonesia. Yang mana perbedaan modus kalimat bahasa Indonesia tampak lebih ditentukan oleh intonasinya dari pada komponen segmentalnya.



B.       Pengertian Frase, Klausa, dan Kalimat

1.      Pengertian Frase

 Berikut ini dikemukakan batasan tentang frasa dari berbagai sumber :

a)    Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak melebihi batas fungsi (Ramlan, 1981)

b)   Frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial meruapakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa (Cook, 1971 dalam tarigan, 1986).

c)    Frasa adalah gabungan dua kata lebih yang sifatnya tidak predikatif (Kridalaksana, 1993)

d)   Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi klausa. (Ibrahim, et.al., 1996)[7]

Frasa digunakan sebagai satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa atau satu tingkat di atas satuan kata. Frase merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Frase adalah kontruksi nonpredikatif dimana hubungan antara dua unsur yang membentuk frase itu tidak berstruktur subjek predikat atau predikat objek. Contoh : Adik mandi dan menjual sepeda  (bukan frase)

               Kamar mandi dan bukan sepeda (Frase)

قميص علي / جديد وجميل   (frase dalam bahasa arab) artinya : Baju Ali/ baru dan bagus

2.      Pengertian Klausa

Berikut ini dikemukakan batasan tentang klausa dari berbagai sumber :

a)    Klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat (P) (Cook, 1971 dalam Tarigan, 1986)

b)   Klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari P, baik disertai S, O, PEL, KET ataupun tidak, atau klausa adalah (S) P (O) (PEL) (KET) dengan keterangan bahwa yang ada dalam kurung merupakan unsur manasuka (Ramlan, 1981)

c)    Klausa adalah satuan gramatikal atau satuan kebahasaan yang terdiri atas S (Subjek) dan P (Predikat), baik disertai O (Objek), Pel (Pelengkap), Ket (Keterangan), atau tidak (Ibrahim, et.al., 1996)

Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frase yang berfungsi sebagai predikat dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan yang mana kehadiran subjek dan predikat bisa dikatakan wajib adanya.  

              Contoh : Kamar mandi (bukan klausa) karena bersifat nonpredikatif

                             Adik mandi (klausa) karena bersifat predikatif.

                             أحمد وكريم يلعب ويرسمان الصور



3.      Pengertian Kalimat

Berikut ini dikemukakan batasan tentang kalimat dari beberapa sumber :

a)         Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai intonasi akhir dan terdiri dari klausa (Cook, 1971:39-40; Elson dan Pickett, 1969:82 dalam Tarigan, 1986)

b)        Kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oelh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan, 1981)

c)         Kalimat atau kalam adalah ujaran (bentuk kebahasaan) yang mempunyai intonasi akhir (Al-Baithari, 1987)

Jadi, kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Yang mana dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, klausa), terdapat konsep bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disussun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan dan disertai dengan intonasi final. Kalimat terdiri dari :

Kalimat              Konstituen dasar

                           Dilengkapi konjungsi

                           Serta intonasi final

 Contoh : Nenek membaca komik di kamar.

كيف حالك يا سعيد ؟     

                                                                                                 



















BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN



          Menurut Ramlan (1976), sintaksis adalah bagian dari tatabahasa yang mengkaji struktur frasa dan kalimat. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan Bloch dan Trager (dalam Tarigan, 1986) bahwa sintaksis adalah analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas.

          Morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji aspek kebahasaan yang berupa kata dan bagian-bagiannya.

          Struktur sintaksis mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis serta alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu. Istilah-istilah fungsi sintaksis, yaitu subjek, predikat, objek, dan keterangan. Disana fungsi-fungsi itu dijelaskan sebagai “kotak-kotak kosong” yang kepadanya akan diisi oleh kategori-kategori yang mempunyai peran-peran tertentu, seperti pelaku, aktif, penyerta, dan sasaran. Yang mana nomina, verba, ajektiva, dan numeralia merupakan peristilahan yang berkenaan dengan kategori sintaksis. Dan alat-alat Membangun Struktur Sintaksis adalah urutan kata, bentuk kata dan intonasi. Juga boleh ditambah konektor berupa konjungsi.

          Frasa digunakan sebagai satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa atau satu tingkat di atas satuan kata. Frase merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap.










DAFTAR PUSTAKA



          Asrori, Imam. 2004. Sintaksis Bahasa Arab. Malang: Misyikat.

          Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Verhaar. 2010.  Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.





[1] Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab, Misyikat, Malang, 2004, hlm. 19

[2] Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab, Misyikat, Malang, 2004, hlm. 25-26.

[3] Abdul Chaer, Linguistik Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2014, hlm. 232.

[4] Ibid, hlm. 207

[5] Abdul Chaer, Linguistik Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2014, hlm. 209.

[6] Abdul Chaer, Linguistik Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2014, hlm. 213.


[7] Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab, Misyikat, Malang, 2004, hlm. 32.

1 comments:

Keluarga

Keluarga
Jejak Ora Normal

keluarga

keluarga
Je Ow En