MAKALAH
TATARAN LINGUISTIK : SINTAKSIS
I
Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Linguistik
Dosen Pengampu :
Oleh :
Shinta Fauziyyah 1410210015
Ayyun Rofiqotul
Ulya 1410210016
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN
TARBIYAH/PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN 2015/2016
تجريد
علم النحو هو احدى العلم الذي يبحث في علم اللغة. علم
النحو يبحث عن تعلق الكلمة بكلمة أخرى ويستمل عن وظفتها وانوائه وادوارها واولها
التي يتكون بها
ويبحث عن التركيب والحمله والكلام. التركيب هو يقصد به
محموعة من العنامر ترتبط ببعضها وتصلح لأن تشغل وظيفة في الجمله اي تساوى نحو كلمة
مفردة, فيسدل بمجموع عنا صرها إسما ااو فعلا والجملة هو يتكون من مسند ومسند إليه.
والكلام هو الجملة المغيدة نمعنى تاما مكتفيا بنفسه.
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latarbelakang
Masalah
Bahasa
merupakan sistem dan mencakup sejumlah sub-sistem. Sejumlah sub-sistem bahasa
inilah yang dengan tataran kebahasaan. Disebut tataran kebahasaan lantaran
kebahasaan karena sub-sistem bahasa itu berlapis-lapis atau bertataran.
Maksudnya, sub-sistem pertama merupakan lapis atau tataran terendah atau
terkecil, sub-sistem kedua merupakan tataran yang lebih besar, dan seterusnya. Dapat
dikatakan pula, bahwa tataran yang lebih besar mengandung sejumlah unsur dari
tataran di bawahnya.[1]
Suparno
(1995) mengemukakan empat tataran kebahasaan, yaitu fonetik, fonologi,
morfologi, dan sintaksis. Yang mana dalam makalah ini akan membahas mengenai
sintaksis yang merupakan bagian tatabahasa yang mengkaji struktur frasa dan
kalimat.
2.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian sintaksis dan perbedaannya dengan morfologi?
2.
Bagaimana
struktur sintaksis dalam tataran linguistik?
3.
Apa
pengertian frase, klausa dan kalimat serta contoh masing-masing dalam
sintaksis?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sintaksis dan Morfologi
Tatabahasa
terdiri atas morfologi dan sintaksis. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani,
yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan kata tattein yang berarti
‘menempatkan’. Jadi, secara etimologi istilah itu berarti : menempatkan
bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Menurut
Ramlan (1976), sintaksis adalah bagian dari tatabahasa yang mengkaji struktur
frasa dan kalimat. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan Bloch dan Trager
(dalam Tarigan, 1986) bahwa sintaksis adalah analisis mengenai
konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas. Dari
berbagai pernyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa sintaksis mengkaji
hubungan antara kata dalam suatu konstruksi.[2]
Morfologi
adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji aspek kebahasaan yang berupa kata dan
bagian-bagiannya. Berikut perbedaan antara Morfologi dan Sintaksis :
Aspek
Perbedaan
|
Sintaksis
|
Morfologi
|
Objek
kajian
|
Membicarakan
kata dalam hubungannya dengan kata lain.
|
Membicarakan
struktur internal kata (pembentukan kata).
|
Satuan
terkecil
|
Satuan
terkecilnya itu kata
|
Satuan
terkecilnya itu morfem
|
B. Fu
C. G
B. Struktur sintaksis
Struktur
sintaksis mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis serta
alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu. Dalam pembicaraan
struktur sintaksis pertama-tama harus dibicarakan masalah fungsi sintaksis,
kategori sintaksis, dan peran sintaksis. Ketiganya tidak dapat dipisahkan.
Jadi, akan dibicarakan secara bersamaan.
a. Fungsi, kategori, dan peran
Istilah-istilah
fungsi sintaksis, yaitu subjek, predikat, objek, dan keterangan. Disana
fungsi-fungsi itu dijelaskan sebagai “kotak-kotak kosong” yang kepadanya akan
diisi oleh kategori-kategori yang mempunyai peran-peran tertentu, seperti
pelaku, aktif, penyerta, dan sasaran.[3]
Yang mana nomina, verba, ajektiva, dan numeralia merupakan peristilahan yang
berkenaan dengan kategori sintaksis.
Menurut
Verhaar (1978) fungsi-fungsi sintaksis itu yang terdiri dari unsur-unsur, S P O
K, merupakan kotak-kotak kosong yang tidak mempunyai arti apa-apa karena
kekosongannya. Tempat-tempat kosong itu akan diisi oleh sesuatu yang berupa
kategori dan memiliki peranan tertentu.
Subjek
|
Predikat
|
Objek
|
Keterangan
|
Fungsi
Sintaksis
Kategori
Sintasis
Peran
Sintaksis
Contoh : Nenek Melirik Kakek tadi
pagi
Tempat
kosong yang bernama subjek diisi oleh kata nenek yang berkategori
nominal, tempat kosong yang bernama predikat diisi oleh kata melirik
yang berkategori verba, tempat kosong yang bernama objek diisi oleh kata kakek
yang berkategori nomina, dan tempat kosong yang bernama keterangan diisi oleh
frase tadi pagi yang berkategori nomina.[4]
Struktur
sintaksis tidak selalu berurutan fungsi (SPOK) dan fungsi itu tidak harus selalu
muncul dalam struktur sintaksis. Alasannya :
1.
Banyak
pakar menyatakan : bahwa struktur sintaksis minimal terdiri dari subjek dan
predikat. Tanpa fungsi subjek dan predikat, sebuah konstruksi belum dapat
disebut sebagai sebuah struktur sintaksis. Sedang objek dan keterangan boleh
tidak muncul. Karena objek ditentukan oleh transitif atau tidaknya verba yang
mengisi fungsi predikat dan keterangan muncul bila diperlukan.
Contoh
: Dia Pulang (kalimat ini terdiri dari subjek dan predikat)
Dia tinggal di Jakarta
Frase
di Jakarta yang menduduki fungsi keterangan tidak dapat dihilangkan
sebab konstruksi dia tinggal tidak berterima (belum dapat disebut sebagai
struktur sintaksis).
2.
Menurut
Chafe (1970) menyatakan bahwa yang paling penting dalam struktur sintaksis
adalah fungsi predikat. Bagi Chafe predikat harus selalu berupa verba, atau
kategori lain yang diverbakan. Munculnya fungsi-fungsi lain sangat tergantung
pada tipe atau jenis verba itu.[5]
Berikut penjelasannya :
Munculnya fungsi lain, bergantung pada tipe /jenis verba itu
|
Predikat
|
Verba Transitif
|
Verba Intransitif
|
Verba Intrasitif lokasi
|
Pengecualian tidak perlu objek
|
Perlu fungsi objek
|
Tidak perlu fungsi objek
|
Muncul fungsi keterangan yang berperan lokatif
|
Yakni verba yang secara semantik menyatakan kebiasaan / verba
itu mengenai orang pertama tunggal atau orang banyak secara umum
|
Contoh :
v Rambut nenek belum memutih (Verba memutih
adalah verba intransitif maka tidak perlu objek)
v Nenek membersihkan kamar (Membersihkan
adalah verba transitif, maka dibelakangnya harus ada sebuah objek)
v Matahari terbit dari sebelah timur (Verba
terbit adalah verba intransitif yang menyatakan lokasi, maka perlu
adanya fungsi keterangan yang berperan lokatif di belakangnya)
v Sekretaris itu sedang mengetik (Verba mengetik
adalah verba yang menyatakan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh seorang
sekertaris, dan yang biasa diketik adalah surat, sehingga tak perlu objek)
v Pertunjukan itu sangat mengecewakan (Verba
mengecewakan menyatakan bahwa pelakunya adalah orang pertama)
3. Adapula pendapat yang menyatakan hadir
tidaknya suatu fungsi sintaksis tergantung pada konteksnya. Umpamanya, dalam
kalimat jawaban kalimat perintah dan kalimat seruan, maka yang muncul hanyalah
fungsi yang menyatakan jawaban, perintah, atau seruan itu. Perhatikan contoh
berikut :
Sudah
! (sebagai jawaban dari kalimat tanya : Kamu sudah makan?)
Baca!
(perintah guru kepada seorang anak)
Hebat!
(sebagai seruan pujian)
Selanjutnya mengenai kategori sintaksis,
para ahli tata bahasa tradisional berpendapat bahwa fungsi subjek harus diisi
oleh kategori nomina, fungsi predikat diisi oleh kategori verba, fungsi objek
harus diisi oleh kategori nomina, dan fungsi keterangan harus diisi oleh
kategori adverbia. Ketika tidak ada predikat dalam sebuah kalimat perlu diberi
verba kopula (adalah, menjadi) yang sepadan dengan to be dalam bahasa
Ingris yang berfungsi sebagai predikat.
Dan ketika subjek berupa verba maka verba itu merupakan verba yang berkategori
sebagai nomina.
Contoh
: Dia adalah guru (kata adalah merupakan contoh verba kopula)
Peran berkaitan dengan masalah makna
gramatikal yang dimiliki oleh struktur sintaksis itu. Makna gramatikal
unsur-unsur leksikal yang mengisi fungsi-fungsi sintaksis sangat bergantung
pada tipe atau jenis kategori kata yang mengisi fungsi predikat dalam struktur
sintaksis itu.
Contoh : Nenek menghitamkan
rambutnya
Subjek nenek akan berperan sebagai
‘pelaku karena predikatnya berupa verba transitif. fungsi predikat memiliki
peran’aktif’, dan objek akan berperan sebagai ‘sasaran’.
Contoh : Dia kedinginan
Subjek Dia berperan sebagai ‘yang
mengalami’, fungsi perdikatnya berperan aktif.
Contoh : Dia menang lotre seratus juta
rupiah (Subjek Dia memiliki peran penerima)
b. Alat-alat dalam Membangun Struktur
Sintaksis
Alat-alat tersebut adalah urutan kata,
bentuk kata dan intonasi. Juga boleh ditambah konektor berupa konjungsi. Peran
ketiga alat sintaksis itu (yaitu urutan kata, bentuk kata, dan intonasi), tidak
sama antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain. Ada bahasa yang lebih
mementingkan urutan, ada yang lebih mementingkan bentuk kata, tetapi ada juga
yang mementingkan intonasi.[6]
Urutan kata ialah letak atau posisi kata
yang satu dengan kata yang lain dalam suatu konstruksi sintaksis. Dalam bahasa
Indonesia urutan kata itu sangat penting, karena perbedaan urutan kata mampu
mengubah makna.
Namun, ada bagian-bagian lain dari
kalimat bahasa Indonesia yang bisa dipindahkan urutan katanya tanpa mengubah
makna gramatikal kalimat tersebut.
Misal pada kalimat : Tadi pagi nenek
melirik kakek, diubah menjadi
Nenek melirik kakek tadi pagi.
Makna kedua kalimat di atas adalah sama.
Meskipun urutan kata diubah. Dengan syaratfungsi predikat dan fungsi objek
tidak dipisahkan seperti pada kalimat transitif aktif diatas.
Pada bahasa-bahasa berfleksi seperti
bahasa latin, urutan kata itu sangat tidak penting yang mana yang memegang
peran penting adalah bentuk kata. Dalam bahasa Indonesia juga penting mengenai
bentuk kata. Yang mana dalam bahasa latin berperan mutlak sedang dalam bahasa
Indonesia tidak.
Intonasi adalah alat sintaksis yang
tidak dapat digambarkan secara akurat dan teliti dalam semua bahada tampaknya intonasi ini
sangat penting juga dalam bahasa Indonesia. Yang mana perbedaan modus kalimat
bahasa Indonesia tampak lebih ditentukan oleh intonasinya dari pada komponen
segmentalnya.
B. Pengertian Frase, Klausa, dan Kalimat
1. Pengertian Frase
Berikut
ini dikemukakan batasan tentang frasa dari berbagai sumber :
a) Frasa adalah satuan gramatikal yang
terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak melebihi batas fungsi (Ramlan, 1981)
b) Frasa adalah satuan linguistik yang
secara potensial meruapakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai
ciri-ciri klausa (Cook, 1971 dalam tarigan, 1986).
c) Frasa adalah gabungan dua kata lebih
yang sifatnya tidak predikatif (Kridalaksana, 1993)
d) Frasa adalah satuan gramatikal yang
terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi klausa.
(Ibrahim, et.al., 1996)[7]
Frasa digunakan sebagai satuan sintaksis
yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa atau satu tingkat di atas
satuan kata. Frase merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
bersifat nonpredikatif atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi
sintaksis di dalam kalimat. Frase adalah kontruksi nonpredikatif dimana
hubungan antara dua unsur yang membentuk frase itu tidak berstruktur subjek
predikat atau predikat objek. Contoh : Adik mandi dan menjual sepeda (bukan frase)
Kamar mandi dan bukan sepeda (Frase)
قميص
علي / جديد وجميل (frase dalam bahasa arab) artinya : Baju Ali/
baru dan bagus
2. Pengertian Klausa
Berikut
ini dikemukakan batasan tentang klausa dari berbagai sumber :
a) Klausa adalah kelompok kata yang hanya
mengandung satu predikat (P) (Cook, 1971 dalam Tarigan, 1986)
b) Klausa adalah satuan gramatikal yang
terdiri dari P, baik disertai S, O, PEL, KET ataupun tidak, atau klausa adalah
(S) P (O) (PEL) (KET) dengan keterangan bahwa yang ada dalam kurung merupakan
unsur manasuka (Ramlan, 1981)
c) Klausa adalah satuan gramatikal atau
satuan kebahasaan yang terdiri atas S (Subjek) dan P (Predikat), baik disertai
O (Objek), Pel (Pelengkap), Ket (Keterangan), atau tidak (Ibrahim, et.al.,
1996)
Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan
kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada
komponen berupa kata atau frase yang berfungsi sebagai predikat dan yang lain
berfungsi sebagai subjek, objek, dan keterangan yang mana kehadiran subjek dan
predikat bisa dikatakan wajib adanya.
Contoh : Kamar mandi (bukan klausa) karena
bersifat nonpredikatif
Adik
mandi (klausa) karena bersifat predikatif.
أحمد
وكريم يلعب ويرسمان الصور
3. Pengertian Kalimat
Berikut
ini dikemukakan batasan tentang kalimat dari beberapa sumber :
a)
Kalimat
adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai
intonasi akhir dan terdiri dari klausa (Cook, 1971:39-40; Elson dan Pickett,
1969:82 dalam Tarigan, 1986)
b)
Kalimat
adalah satuan gramatikal yang dibatasi oelh adanya jeda panjang yang disertai
nada akhir turun atau naik (Ramlan, 1981)
c)
Kalimat
atau kalam adalah ujaran (bentuk kebahasaan) yang mempunyai intonasi akhir
(Al-Baithari, 1987)
Jadi, kalimat adalah susunan kata-kata
yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Yang mana dalam kaitannya dengan
satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, klausa), terdapat konsep
bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disussun dari konstituen dasar, yang
biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan dan
disertai dengan intonasi final. Kalimat terdiri dari :
Kalimat Konstituen
dasar
Dilengkapi
konjungsi
Serta
intonasi final
Contoh : Nenek membaca komik di kamar.
كيف
حالك يا سعيد ؟
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menurut Ramlan (1976), sintaksis adalah bagian dari
tatabahasa yang mengkaji struktur frasa dan kalimat. Hal ini selaras dengan
yang dikemukakan Bloch dan Trager (dalam Tarigan, 1986) bahwa sintaksis adalah
analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan
bentuk-bentuk bebas.
Morfologi adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji aspek
kebahasaan yang berupa kata dan bagian-bagiannya.
Struktur sintaksis mencakup masalah fungsi, kategori, dan
peran sintaksis serta alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu. Istilah-istilah
fungsi sintaksis, yaitu subjek, predikat, objek, dan keterangan. Disana
fungsi-fungsi itu dijelaskan sebagai “kotak-kotak kosong” yang kepadanya akan
diisi oleh kategori-kategori yang mempunyai peran-peran tertentu, seperti pelaku,
aktif, penyerta, dan sasaran. Yang mana nomina, verba, ajektiva, dan numeralia
merupakan peristilahan yang berkenaan dengan kategori sintaksis. Dan alat-alat
Membangun Struktur Sintaksis adalah urutan kata, bentuk kata dan intonasi. Juga
boleh ditambah konektor berupa konjungsi.
Frasa digunakan sebagai satuan sintaksis yang satu tingkat
berada di bawah satuan klausa atau satu tingkat di atas satuan kata. Frase
merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat
nonpredikatif atau gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di
dalam kalimat. Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata
berkonstruksi predikatif. Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang
berisi pikiran yang lengkap.
DAFTAR
PUSTAKA
Asrori,
Imam. 2004. Sintaksis Bahasa Arab. Malang: Misyikat.
Chaer,
Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Verhaar. 2010. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
[1] Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab, Misyikat, Malang, 2004,
hlm. 19
[2] Imam Asrori, Sintaksis
Bahasa Arab, Misyikat, Malang, 2004, hlm. 25-26.
[3] Abdul Chaer, Linguistik Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2014, hlm.
232.
[4] Ibid, hlm. 207
[5] Abdul Chaer, Linguistik Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2014,
hlm. 209.
[6] Abdul Chaer, Linguistik Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2014, hlm.
213.
Bagus.. Terimakasih sudah berbagi
ReplyDelete