
EVALUASI PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI
Disusun
Guna Memenuhi Tugas UAS
Mata
Kuliah : Ilmu Pendidikan
Dosen
Pengampu : Bpk. Zaenal Hafidzin
Disusun
Oleh :
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH / PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis ucapkan
kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan izinnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah “ EVALUASI PENDIDIKAN DI ANAK USIA DINI”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah “Evaluasi Pendidikan di Anak Usia Dini”. Melalui penulisan makalah
ini, penulis harapkan akan menambah wawasan pembaca tentang evaluasi pada anak
usia dini.
Selesainya makalah ini tidak terlepas
dari dorongan moril dan materil dari berbagai pihak, maka sudah selayaknya
penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah banyak memberikan
bimbingan pengetahuan dan ilmu kepada penulis. Semoga bimbingan, dorongan,
bantuan menjadi amal kebaikan dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin ya
Rabbal ‘alamin.
Penulis menyadari makalah ini masih
jauh dari sempurna, karena keterbatasan ilmu, dan pengalaman yang penulis
miliki, untuk itu saran dan kritikan yang bersifat perbaikan sangat penulis
harapkan.
Rumah,
27 Agustus 1499
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini adalah anak yang berusia dalam rentang umur 0-6 tahun. Dalam
rentang usia itu, mereka disebut juga berada dalam masa emas. Potensi otaknya
sangat berkembang pesat. Untuk itu orang tua harus mengembangkan potensi anak
itu salah satu caranya dengan memasukkan anak ke sekolah TK.
Di TK, guru akan merangsang otak anak dengan mengajarkan metode bermain
sambil belajar dan belaar seraya bermain. Dikatakan demikian karna pada usia
itu karakteritik ank itu adalah senang bermain, jadi merangsang otak anak itu
melalui bermain.
Guru harus terus mengawasi perkembangan anak yaitu dengan cara
menegevaluasi anak tersebut. evaluasi pada anak TK berbeda dengan evaluasi pada
anak atau siswa di SD,SMP, maupun SMA. Untuk itu seorang guru TK perlu memahami
tentang evaluasi di TK. Dan agar guru memahami tentang evaluasi di TK jadi
penulis membuat makalah ini agar guru memahami prinsip-prinsip, karakteristik,
manfaat, dan penggunaan evaluasi di TK.
BAB II
ANALISIS
1.
Pengertian dan fungsi evaluasi
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari
bahasa inggris evaluation, daalam bahasa Arab al takdir, dalam bahasa Indonesia
berarti penilaian. Akar katanya adalah value, dalam bahasa Arab al qimah, dalam
bahasa indonesia berarti nilai.
Menurut Guba dan Lincoln dalam Sanjaya,
Wina (2005: 181) mendefinisikan evaluasi merupakan suatu proses memberikan
pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan. Ralph Tyler
dalam Tayibnas, Farida Yusuf (2008: 30 evaluasi adalah proses yang menentukan sampai
sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Maclcolm, Provos evaluasi adalah
sebagai perbedaaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah
ada selisih.
Istilah evaluasi berasal dari bahasa
inggris yaitu “evaluation” istilah ini diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia
adalah “penilaian”. Penilaian merupakan suatu pekerjaan yang selalu dilakukan
oleh manusia di dalam kehidupannya.
Suharsumi Arikunto mengatakan evaluasi
meliputi dua bagian yaitu mengukur dan menilai. Mengukur adalah membanding
suatu dengan suatu ukuran, pengukuran bersifat kuantitatif, dan penilaian yaitu
mengambil keputusan terhadap suatu dengan suatu ukuran baik buruk, kualitatif.
Gilbert Sax dalam Arifin, Zainal (2011:
5) bahwa evaluation is a process through which a value judgement or decision is
made from a variety of obsersation and from the backround and training of the
evaluator. Bloom dalam Daryanto (2008: 1) mengatakan “evaluation as we see it,
is the systematic collection of evidence to determine whether in fact certain
changes are taking place in the learness as well as to determine the amount or
degree of change in individual student”. Artinya evaluasi, sebagaimana kita lihat
adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam
kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana
tingkat perubahan dalam diri siswa.
Adapun evaluasi berfungsi sebagai
berikut:
1. Evaluasi berfungsi sebagai selektif
Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk
mengadakan seleksi terhadap siswanya, tujuannya yaitu untuk memilih siswa yang
dapat diterima di sekolah tertentu, untuk memilih siswa yang dapat naik ke
kelas atau tingkat berikutnya, untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat
beasiswa, untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan
sebagainya.
2. Evaluasi berfungsi sebagai diagnostik
Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi
persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan
siswa.
3. Evaluasi berfungsi sebagai penempatan
Sitem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara barat,
adlah belajar sendiri. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbadaan
kemampuan, adalah pengajaran secara kelompo. Untuk dapat menentukan pasti di
kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu evaluasi.
4. Evaluasi berfungsi sebagai pengukuran
keberhasilan
Fungsi evaluasi disina adalah untuk mengetahui sejauh mana
suatu program berhasil diterapkan.
Adapun fungsi lain dari evaluasi adalah
:
a. Perbaikan sistem, peran evaluasi lebih
bersifat konstruktif, karena informasi hasil penilaian dijadikan input bagi
perbaikan-perbaikan yang diperlukan di dalam sistem pendidikan yang sedang
dikembangkan.
b. Pertanggung jawaban kepada pemerintah
dan masyarakat, dalam pertanggung jawaban hasil yang telah dicapainya, pihak
pengembang perlu mengemunkakan kekuatan dan kelamahan dari sistem yang sedang
dikembangkannya serta usaha lebih lanjut yang diperlukan untuk mengatasi
kelemahan – kelamahan tersebut.
c. Penetuan tindak lanjut hasil
pengembangan, tindak lanjut hasil pengembangan sistem pendidikan dapat
berbentuk jawaban atas dua kemungkinan pertanyaan : (1) apakah sistem baru
tersebut akan atau tidak akan disebarluaskan? (2) dalam kondisi yang bagaimana
dan cara yang bagaimana pula sistem baru tersebut akan disebarluaskan?
2. Prinsip-prinsip evaluasi di TK
a. Berpusat pada anak
Penilaian yang dilakukan hendaknya berpusat pada semua
aktivitas yang dilakukan oleh anak.
b. Berkesinambungan
Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap dan terus
menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan proses pembelajaran anak
didik sebagai hasil kegiatan pembelajaran.
c. Menyeluruh/keterpaduan
Perubahan prilaku yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran
perlu dicapai secara menyeluruh yang menyangkut pengetahuan, sikap, prilaku,
nilai, dan keterampilan.
d. Lebih mementingkan proses daripada
hasil
Penilaian pada anak sebaiknya lebih mementingkan pada
pengamatan yang dilakukan selama proses yang berlangsung dan bukan pada hasil
akhirnya saja.
e. Berorientasi pada tujuan
Penilaian di TK berorientasi pada kompetensi yang diharapkan,
proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
f. Objektif dan alamiah
Dalam melakukan penilaian diusahakan seobjektif mungkin,
yaitu penilaian hanya memperhatikan objeknya.
g. Mendidik
Hasil penilaian harus dapat digunakan untuk membina dan
memberikan dorongan kepada semua anak dalam meningkatkan hasil pertumbuhan dan
perkembangan anak.
h. Konsisten dan jujur
Penilaian yang dilakukan oleh lebih dari dua orang penilai
akan lebih dapat dipertanggungjawabkan ketika membuat rekomendasi atau menentukan
tindak lanjut.
i. Kebermaknaan
Hasil penilaian harus bermakna bagi guru, orang tua, anak
didik, dan pihak-pihak lain yang membutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
j. Kesesuaian
Penilaian harus memperhatikan adanya kesesuaian antara apa
yang diajarkan di TK dengan laporan yang dibuat.
3. Karakteristik evaluasi di TK
Secara sederhana, Zainal Arifin (2011 :
69) mengemukakan karakteristik instrumen evaluasi yang baik adalah “valid,
reliabel, relevan, representatif, praktis, deskriminatif, spesifik dan
proporsional”.
1. Kevalidan
Valid artinya suatu alat ukur dapat dikatakan valid jika betul-betul mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Validitas suatu alat ukur dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain validitas ramalan (predictive validity), validitas bandingan (concurent validity), dan validitas isi (content validity), validitas konstruk (construct validity), dan lain-lain.
Valid artinya suatu alat ukur dapat dikatakan valid jika betul-betul mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Validitas suatu alat ukur dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain validitas ramalan (predictive validity), validitas bandingan (concurent validity), dan validitas isi (content validity), validitas konstruk (construct validity), dan lain-lain.
2. Realible
Reliabel artinya suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel atau handal jika ia mempunyai hasil yang taat asas (consistent). Misalnya, suatu alat ukur diberikan kepada sekelompok peserta didik saat ini, kemudian diberikan lagi kepada sekelompok peserta didik yang sama pada saat yang akan datang, dan ternyata hasilnya sama atau mendekati sama, maka dapat dikatakan alat ukur tersebut mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi.
Reliabel artinya suatu alat ukur dapat dikatakan reliabel atau handal jika ia mempunyai hasil yang taat asas (consistent). Misalnya, suatu alat ukur diberikan kepada sekelompok peserta didik saat ini, kemudian diberikan lagi kepada sekelompok peserta didik yang sama pada saat yang akan datang, dan ternyata hasilnya sama atau mendekati sama, maka dapat dikatakan alat ukur tersebut mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi.
3. Relevan
Relevan artinya alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan. Alat ukur juga harus sesuai dengan domain hasil belajar, seperti domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Jangan sampai ingin mengukur domain kognitif menggunakan alat ukur non-tes. Hal ini tentu tidak relevan.
Relevan artinya alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan. Alat ukur juga harus sesuai dengan domain hasil belajar, seperti domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Jangan sampai ingin mengukur domain kognitif menggunakan alat ukur non-tes. Hal ini tentu tidak relevan.
4. Representatif
Representatif artinya materi alat ukur harus betul-betul mewakili dari seluruh materi yang disampaikan. Hal ini dapat dilakukan bila guru menggunakan silabus sebagai acuan pemilihan materi tes. Guru juga harus memperhatikan proses seleksi materi, mana materi yang bersifat aplikatif dan mana yang tidak, mana yang penting dan mana yang tidak.
Representatif artinya materi alat ukur harus betul-betul mewakili dari seluruh materi yang disampaikan. Hal ini dapat dilakukan bila guru menggunakan silabus sebagai acuan pemilihan materi tes. Guru juga harus memperhatikan proses seleksi materi, mana materi yang bersifat aplikatif dan mana yang tidak, mana yang penting dan mana yang tidak.
5. Praktis
Praktis artinya mudah digunakan. Jika alat ukur itu sudah memenuhi syarat tetapi sukar digunakan, berarti tidak praktis. Kepraktisan ini bukan hanya dilihat dari pembuat alat ukur (guru), tetapi juga bagi orang lain yang ingin menggunakan alat ukur tersebut.
Praktis artinya mudah digunakan. Jika alat ukur itu sudah memenuhi syarat tetapi sukar digunakan, berarti tidak praktis. Kepraktisan ini bukan hanya dilihat dari pembuat alat ukur (guru), tetapi juga bagi orang lain yang ingin menggunakan alat ukur tersebut.
6. Deskriminatif
Deskriminatif artinya adalah alat ukur itu harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecil apapun. Semakin baik suatu alat ukur, maka semakin mampu alat ukur tersebut menunjukkan perbedaan secara teliti. Untuk mengetahui apakah suatu alat ukur cukup deskriminatif atau tidak, biasanya didasarkan atas uji daya pembeda alat ukur tersebut.
Deskriminatif artinya adalah alat ukur itu harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan yang sekecil apapun. Semakin baik suatu alat ukur, maka semakin mampu alat ukur tersebut menunjukkan perbedaan secara teliti. Untuk mengetahui apakah suatu alat ukur cukup deskriminatif atau tidak, biasanya didasarkan atas uji daya pembeda alat ukur tersebut.
7. Spesifik
Spesifik artinya suatu alat ukur disusun dan digunakan khusus untuk objek yang diukur. Jika alat ukur tersebut menggunakan tes, maka jawaban tes jangan menimbulkan ambivalensi atau spekulasi.
Spesifik artinya suatu alat ukur disusun dan digunakan khusus untuk objek yang diukur. Jika alat ukur tersebut menggunakan tes, maka jawaban tes jangan menimbulkan ambivalensi atau spekulasi.
8. Proporsional
Proporsional artinya suatu alat ukur harus memiliki tingkat kesulitan yang proporsional antara sulit, sedang dan mudah. Begitu juga ketika menentukan jenis alat ukur, baik tes maupun non-tes.
Proporsional artinya suatu alat ukur harus memiliki tingkat kesulitan yang proporsional antara sulit, sedang dan mudah. Begitu juga ketika menentukan jenis alat ukur, baik tes maupun non-tes.
4. Manfaat evaluasi di TK
Manfaat evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alat ukur apakah tujuan mata
pelajaran telah tercapai atau belum
2. Sebagai alat ukur apakah proses belajar
mengajar telah berjalan sesuai rencana
3. Melakukan penempatan yang sesuai kepada
anak tentang minat dan bakatnya
4. Sebagai alat diagnostik untuk
mengetahui kelemahan anak dan memberikan solusi atau penyelesaian kepada anak
yang mengalami kesulitan.
5. Penggunaan hasil evaluasi di TK
Pada dasarnya penggunaan hasil evaluasi yang diperoleh adalah bergantung pada
tujuan yang hendak dicapai dalam mengadakan evaluasi itu sendiri. Atau
bergantung pada jenis-jenis tes yang dilakukan. Beberapa contoh penggunaan
hasil tes antara lain:
a. Menentukan naik tidaknya atau lulus
tidaknya seorang siswa. Hal ini kita dasarkan pada interpretasi kita terhadap
taraf kesiapan siswa tersebut, Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah
tes sumatif. Penentuan ini dilakukan setelah hasil tes tersebut dipadukan
dengan hasil tes-tes formatif atau sub sumatif sebelum.
b. Mengadakan diagnosa atau remedial. Dari
hasil tes yang telah kita lakukan kita dapat mengetahui kelemahan-kelemahan
siswa, maka langkah berikutnya adalah mencari sebab-sebab kelemahan tersebut,
kemudian melakukan remedial (penyembuhan). Dalam penggunaan ini, tes yang
dimaksud adalah tes diagnostik.
c. Perlu tidaknya suatu pelajaran diulang
kembali atau tidak. Hal ini kita dasarkan pada interpretasi terhadap prestasi
kelompok. Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah tes formatif.
d. Membangkitkan motif siswa. Ketika hasil
tes ditunjukkan, biasanya siswa berminat sekali untuk mengetahuinya, guru dapat
memanfaatkan minat yang besar tersebut untuk memberikan dorongan kepada siswa
untuk belajar lebih giat. Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah tes
formatif
e. Memberikan laporan kepada orang tua.
Dengan tujuan agar dia memiliki gambaran oyektif tentang perkembangan anaknya,
untuk kemudian menyikapinya. Dalam penggunaan ini, tes yang dimaksud adalah tes
sumatif. Pemberian laporan ini dilakukan setelah hasil tes tersebut dipadukan
dengan hasil tes-tes formatif atau sub sumatif sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara harfiah kata evaluasi berasal
dari bahasa inggris evaluation, daalam bahasa Arab al takdir, dalam bahasa
Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value, dalam bahasa Arab al
qimah, dalam bahasa indonesia berarti nilai.
Prinsip-prinsip evaluasi di TK adalah berpusat pada anak,
berkesinambungan, menyeluruh, objektif, konsisten dan jujur, serta
kebermaknaan. Adapun Manfaat evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alat ukur apakah tujuan mata
pelajaran telah tercapai atau belum
2. Sebagai alat ukur apakah proses belajar
mengajar telah berjalan sesuai rencana
3. Melakukan penempatan yang sesuai kepada
anak tentang minat dan bakatnya
4. Sebagai alat diagnostik untuk mengetahui kelemahan anak dan memberikan solusi atau penyelesaian kepada anak yang mengalami kesulitan.
B. Saran
Sebaiknya guru memahami tentang evaluasi pada anak usia
dini, agar guru mengetahui bagaimana perkembangan anak, dan guru bisa
melaporkan bagaimana perkembangan anak pada orang tuanya. Dengan memahami
bagaimana evaluasi di TK, maka tujuan pembelajaran akan tercapai dan hasil
belajar akan optimal
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. 2007. Pembelajaran Terpadu. Jakarta:
Universitas terbuka.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencanan Prenada Media Group.
Arifin, Zainal. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arikunto suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
0 comments:
Post a Comment